Prof. Dr-Ing. LMF Purwanto, Peneliti Kampung Pecinan dari Universitas Soegijapranata, Semarang, mengatakan hadirnya Kampung Pecinan di sejumlah daerah di Indonesia bisa menjadi penggerak ekonomi.

"Sayang kondisi Kampung Pecinan kini beragam ada yang peninggalannya masih asri, namun ada juga yang bagian-bagian yang hilang karena dicuri atau dijual ke luar negeri," kata Purwanto dalam keterangan tertulis, Jumat.
 
Harga-harga di Kampung Pecinan umumnya ditawarkan relatif murah tergantung dari kualitas barangnya, bisa dapat dari yang paling murah hingga termahal tergantung dari kejelian memilih, tapi sungguh mengasyikkan. 

Sehingga pemerintah daerah pun memperhitungkan kawasan pecinan yang bisa hidup sepanjang masa dari sektor perdagangan dan pariwisata. 

Bagaimana masa depan "kampung Pecinan" dalam menghadapi era industri 4.0 yang serba digital dan akan mengurangi peran manusia yang menjadi kekhasan dan tradisi mereka? 

Akankah modernisasi pada kehidupan komunitas Tionghoa akan mengurangi daya tarik pariwisata yang masih kental sebagai 'Kota Tua'?  
    
Harapan tetap memiliki kampung pecinan yang lebih teratur, bersih dan tetap menjaga tradisi seni budaya khas Tionghoa, dibahas dalam seminar nasional arsitektur dan budaya yang diselenggarakan Pusat Studi Permukiman Kampung Kota (PSPKK) Universitas Trisakti, dan Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti yang bekerja sama dengan Kenari Djaja, perusahaan penyedia kunci dan kelengkapan pintu. 

Melalui seminar bertajuk Kampung Pecinan – Kenyataan dan Angan-angan ini diharapkan bisa memberikan arah kemana perkembangan kawasan komunitas Tionghoa ini nantinya, karena banyak potensi yang dapat digali dan dimanfaatkan sebagai elemen sejarah dalam merajut komunitas pemukiman dan perdagangan pecinan modern yang tetap menarik wisatawan.
  
Seminar yang diikuti oleh 524 peserta dan Direktur Utama sekaligus Founder PT Kenari Djaja Prima Hendra Sjarifudin ini menghadirkan Direktur Rumah Khusus Kementerian PUPR Ir Johny FS Subrata sebagai key note speech. 

Dan narasumber Prof. Dr-Ing. LMF Purwanto (Peneliti Kampung Pecinan - Universitas Soegijapranata, Semarang), Dr. Ir. FX. Eddy Arinto March (Peneliti Perumahan & Permukiman - Universitas Atmajaya Yogjakarta) dan Punto Wijayanto ST. MT (Peneliti Kawasan Kota Pusaka - Universitas Trisakti). 

Seminar ini ditujukan kepada para arsitek milenial, mahasiswa jurusan arsitektur, arsitek perkotaan, dan para pengembang properti serta masyarakat umum yang memegang peran dalam bisnis dan pariwisata di kawasan heritage perkotaan. 

Dalam keynote speech-nya, Ir Johny FS Subrata MA mengatakan bahwa beberapa ciri bangunan khusus yang terdapat di Pecinan ini menjadi perhatian pemerintah. 

Jalannya seminar yang dipandu oleh Dr. Ir. Dermawati DS, MTA (Ketua Pusat Studi Permukiman Kampung Kota/PSPKK - Universitas Trisakti) tersebut, sejumlah pemikiran tentang potensi kampung pecinan seperti di Jawa Tengah meliputi filosofi dan sejarahnya dibahas oleh Prof. Dr-Ing. LMF Purwanto. 

Kehidupan di kampung tersebut yang banyak menarik wisatawan diperkuat oleh hasil penelitian dari aspek pemukiman dan sosial budaya di kawasan pecinan di Yogyakarta, yang dilakukan oleh narasumber lainnya Dr.Ir. FX Eddy Arinto, Mars, yang melihat kebiasaan hidup dan desain hunian di komunitas ini. 

Berbagai potensi di kampung pecinan memiliki benang merah sejarah dengan awal kedatangan bangsa Tiongkok disampaikan oleh Punto Wijayanto ST. MT, arsitek muda dari Universitas Trisakti yang melihat kampung pecinan adalah bagian dari kawasan kota Pusaka di Indonesia. 
Menurutnya kawasan di kampung urban ini memiliki peluang untuk lebih maju di masa depan, meski memiliki banyak potensi heritage.  

Inovatif

Direktur Kenari Djaja Hendry Sjarifudin, berharap dari seminar ini banyak ide kreatif dan inovatif dalam menjaga kelestarian peninggalan bersejarah di kawasan perkotaan melalui pemikiran akademik dan teknologi industri modern. 
 
"Sebagai penyelenggara, menikmati sekali pemikiran para arsitek untuk mengembangkan kampung pecinan menjadi kawasan yang lebih baik dan modern tanpa menghilangkan ciri khasnya sebagai kawasan perdagangan yang dibanggakan masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia," ujar Hendry.

Sementara itu, Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, Dr.Ir. Etty R. Kridarso, MT, menyambut baik kolaborasi para arsitek dari beberapa universitas yang masing-masing memiliki keahlian tentang kawasan Pecinan diperkotaan ini. 

"Kita bisa mendapatkan banyak ide yang inovatif untuk membangun salah tujuan pariwisata urban yang unik dan tetap popular ini," pungkasnya.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020