Sejumlah nelayan Bayah Kabupaten Lebak, Banten nekat melaut di tengah gelombang tinggi disertai angin kencang dan cukup membahayakan keselamatan jiwa mereka.
"Kami memberanikan diri melaut karena desakan ekonomi," kata Darma, seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bayah Kabupaten Lebak, Sabtu.
Baca juga: Harga naik, petani karet di Lebak kembali garap kebun
Meski cuaca buruk melanda Perairan Bayah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sangat berbahaya karena gelombang tinggi disertai angin kencang.
Sebetulnya, dirinya merasa takut menghadapi gelombang tinggi, terlebih menggunakan perahu mesin tempel dengan panjang 2 meter dan lebar satu meter.
Perahu mesin tempel yang disebut perahu kincang itu tidak tahan menghadapi gelombang tinggi hingga di atas 2,5 meter.
Namun, dirinya nekat melaut akibat desakan ekonomi keluarga.
Ia bersama temannya pergi melaut pukul 04.30 WIB dan kembali ke TPI Bayah pukul 11.30 WIB.
"Kami hari ini mendapatkan ikan sebanyak 30 kilogram dan bisa membawa uang Rp650 ribu," katanya menjelaskan.
Begitu juga nelayan lainnya, Ujang mengatakan nelayan TPI Bayah yang nekat melaut itu hanya dua perahu karena desakan ekonomi.
Sebab, sejak sepekan terakhir nelayan tersebut tidak melaut akibat cuaca buruk menerjang Perairan Bayah.
"Kami melaut subuh dan kembali ke TPI Bayah siang hari," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan dirinya nekat melaut itu karena bisa menghindari gelombang tinggi sehingga perahu bisa ke tengah dan ke pesisir pantai dengan selamat.
Perahu itu, kata dia, yang penting tidak berhadapan dengan gelombang yang bisa mengakibatkan kecelakaan laut.
Selain itu, dirinya terkadang berlindung di sekitar pantai yang terdapat karang untuk menghindari cuaca buruk tersebut.
"Kami sudah biasa jika gelombang tinggi disertai angin kencang bisa menyelamatkan diri dengan berlindung di karang atau pulau kecil juga menghindari berhadapan dengan ombak tinggi itu," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Penanganan Kedaruratan BPBD Provinsi Banten Sumardi mengimbau nelayan tetap harus waspada gelombang tinggi disertai angin kencang, karena cukup berbahaya.
"Kami berharap nelayan sebaiknya tidak melaut dulu sehubungan tinggi gelombang berpotensi empat sampai enam meter guna menghindari kecelakaan," kata Sumardi di Posko Kesiapsiagaan Bencana Alam wilayah Banten selatan.*
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Kami memberanikan diri melaut karena desakan ekonomi," kata Darma, seorang nelayan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bayah Kabupaten Lebak, Sabtu.
Baca juga: Harga naik, petani karet di Lebak kembali garap kebun
Meski cuaca buruk melanda Perairan Bayah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sangat berbahaya karena gelombang tinggi disertai angin kencang.
Sebetulnya, dirinya merasa takut menghadapi gelombang tinggi, terlebih menggunakan perahu mesin tempel dengan panjang 2 meter dan lebar satu meter.
Perahu mesin tempel yang disebut perahu kincang itu tidak tahan menghadapi gelombang tinggi hingga di atas 2,5 meter.
Namun, dirinya nekat melaut akibat desakan ekonomi keluarga.
Ia bersama temannya pergi melaut pukul 04.30 WIB dan kembali ke TPI Bayah pukul 11.30 WIB.
"Kami hari ini mendapatkan ikan sebanyak 30 kilogram dan bisa membawa uang Rp650 ribu," katanya menjelaskan.
Begitu juga nelayan lainnya, Ujang mengatakan nelayan TPI Bayah yang nekat melaut itu hanya dua perahu karena desakan ekonomi.
Sebab, sejak sepekan terakhir nelayan tersebut tidak melaut akibat cuaca buruk menerjang Perairan Bayah.
"Kami melaut subuh dan kembali ke TPI Bayah siang hari," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan dirinya nekat melaut itu karena bisa menghindari gelombang tinggi sehingga perahu bisa ke tengah dan ke pesisir pantai dengan selamat.
Perahu itu, kata dia, yang penting tidak berhadapan dengan gelombang yang bisa mengakibatkan kecelakaan laut.
Selain itu, dirinya terkadang berlindung di sekitar pantai yang terdapat karang untuk menghindari cuaca buruk tersebut.
"Kami sudah biasa jika gelombang tinggi disertai angin kencang bisa menyelamatkan diri dengan berlindung di karang atau pulau kecil juga menghindari berhadapan dengan ombak tinggi itu," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Penanganan Kedaruratan BPBD Provinsi Banten Sumardi mengimbau nelayan tetap harus waspada gelombang tinggi disertai angin kencang, karena cukup berbahaya.
"Kami berharap nelayan sebaiknya tidak melaut dulu sehubungan tinggi gelombang berpotensi empat sampai enam meter guna menghindari kecelakaan," kata Sumardi di Posko Kesiapsiagaan Bencana Alam wilayah Banten selatan.*
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020