Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah menyebutkan ada penambahan 52 kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di wilayahnya dalam sepekan, sehingga jumlah akumulatif menjadi 868 kasus.

Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali dokter Ratri S. Survivalina, di Boyolali, Senin, mengatakan perkembangan data kasus COVID-19 di Boyolali, sejak Rabu (30/9) hingga Senin ini, bertambah 52 kasus.

Baca juga: Ketua MPR Bambang Soesatyo dorong BMKG-BNPB usulkan anggaran alat deteksi tsunami

Menurut dokter Ratri S Survivalina, dari 868 kasus di Boyolali tersebut pasien positif COVID-19 yang masih rawat di rumah sakit ada 82, isolasi mandiri 59 kasus, warga sudah dinyatakan sembuh 694 kasus dan meninggal dunia 33 kasus.

"Di Boyolali, persentase kesembuhan sudah mencapai sekitar 80 persen, sedangkan persentase kematian empat persen," kata dokter Ratri.

Dia mengatakan penambahan 52 kasus warga terkonfirmasi positif COVID-19 di Boyolali tersebut secara rinci terdiri dari Rabu (30/9) ada sebanyak lima kasus, Kamis (1/10) terdapat 24 kasus, dan Jumat (2/10) sebanyak 10 kasus, Sabtu (3/10) ada empat kasus, Ahad (4/10) tujuh kasus, dan Senin ini, dua kasus.

"52 kasus positif COVID-19 itu, tersebar di sejumlah kecamatan di Boyolali. Antara lain, Kecamatan Ampel, Andong, Banyudono, Boyolali, Cepogo, Gladagsari, Karanggede , Kemusu, Mojosongo, Ngemplak, Nogosari, Sambi, Sawit, Simo, Teras dan Wonosamodro.

Menurut dia, dalam penambahan kasus tersebut terdapat dua kluster baru COVID-19 di Boyolali. Antara lain, ada kluster SYR Pandeyan yang telah menginfeksi sebanyak enam warga, dan kluster SMR Selodoko ada lima warga telah terkonfirmasi positif COVID-19.

Kluster yang terbaru di Boyolali saat ini, kata dia, yang muncul kebanyakan berasal dari kluster keluarga. Jadi, masing-masing ada anggota keluarga yang orang tanpa gejala (OTG), ternyata menularkan kepada anggota keluarga lain yang mempunyai risiko tinggi atau termasuk kelompok rentan.

Kendati demikian, pihaknya dalam penanganan pencegahan COVID-19 tersebut selalu mengedepankan program promotif (sosialisasi) dan preventif (pencegahan). Jadi program Gerakan Masyarakat (Germas) pola hidup sehat sejak awal sebelum ada pandemi COVID-19 sudah digiatkan masyarakat di Boyolali.

Dinkes juga menginstruksikan pada tiap-tiap desa di wilayah Boyolali membentuk Kampung Germas, dimana melalui program ini, masyarakat mempunyai kesadaran sendiri untuk melaksanakan protokol kesehatan. Mereka juga mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri.*
 

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020