Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta negara-negara, yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) meningkatkan kerja sama dalam rangka mengatasi dampak pandemi COVID-19.
"Kita melihat ASEAN mengalami dampak cukup signifikan terhadap COVID-19 dan pemulihan ekonomi di ASEAN sangat bergantung pada kerja sama di ASEAN ini," katanya saat raker dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.
Baca juga: Trump dirawat di rumah sakit militer, Biden tetap fokus pada respons COVID-19
Sri Mulyani menuturkan perluasan kerja sama dalam rangka mengatasi dampak pandemi COVID-19 dapat dilakukan melalui peningkatan investasi, perdagangan, maupun mobilitas manusia.
"Ini ini yang menjadi kunci kedinamisan dari ekonomi ASEAN selama ini," ujarnya.
Ia menegaskan peningkatan kerja sama harus dilakukan karena pandemi COVID-19 telah membuat negara-negara ASEAN mengalami tekanan luar biasa yang terlihat dari terjadinya kontraksi pada perekonomian.
Ia menyebutkan untuk Malaysia terkontraksi 17,1 persen, Filipina minus 16,5 persen, Singapura minus 13,2 persen, Thailand minus 12,2 persen, dan Indonesia masih jauh lebih baik yaitu minus 5,32 persen.
"Mereka juga defisit APBN-nya sangat dalam atau sama atau lebih besar dari Indonesia. Minus 6,5 persen untuk Malaysia; 7,6 persen Filipina; 13,6 persen Singapura; dan Thailand minus 6 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Bank Dunia turut memprediksikan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN tahun ini seperti Indonesia minus 2 persen sampai minus 1,6 persen, Malaysia minus 6,1 persen sampai minus 4,9 persen, dan Filipina minus 9,9 persen sampai minus 6,9 persen.
Kemudian Thailand minus 10,4 persen sampai 8,3 persen, Vietnam 1,5 persen sampai 2,8 persen, Kamboja minus 2,9 persen sampai minus 2 persen, Laos minus 2,4 persen sampai minus 0,6 persen, dan Myanmar minus 0,9 persen sampai 0,5 persen.
"Hanya Vietnam yang relatif cukup baik bahkan Kamboja yang bisanya relatif developing dan baru biasanya masih bisa cukup tinggi tapi mereka juga mengalami kontraksi cukup dalam," katanya.
Sri Mulyani optimistis ASEAN sebagai satu wilayah ekonomi dan pasar besar akan memberikan keuntungan antara satu dengan lainnya sehingga bisa saling memperkuat dan meningkatkan data tahan akibat krisis pandemi.
"Itu terlihat dari 1997-1998 waktu terjadi ASEAN financial crisis dan global financial crisis yaitu ASEAN termasuk region yang paling mudah untuk kembali recover," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Kita melihat ASEAN mengalami dampak cukup signifikan terhadap COVID-19 dan pemulihan ekonomi di ASEAN sangat bergantung pada kerja sama di ASEAN ini," katanya saat raker dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.
Baca juga: Trump dirawat di rumah sakit militer, Biden tetap fokus pada respons COVID-19
Sri Mulyani menuturkan perluasan kerja sama dalam rangka mengatasi dampak pandemi COVID-19 dapat dilakukan melalui peningkatan investasi, perdagangan, maupun mobilitas manusia.
"Ini ini yang menjadi kunci kedinamisan dari ekonomi ASEAN selama ini," ujarnya.
Ia menegaskan peningkatan kerja sama harus dilakukan karena pandemi COVID-19 telah membuat negara-negara ASEAN mengalami tekanan luar biasa yang terlihat dari terjadinya kontraksi pada perekonomian.
Ia menyebutkan untuk Malaysia terkontraksi 17,1 persen, Filipina minus 16,5 persen, Singapura minus 13,2 persen, Thailand minus 12,2 persen, dan Indonesia masih jauh lebih baik yaitu minus 5,32 persen.
"Mereka juga defisit APBN-nya sangat dalam atau sama atau lebih besar dari Indonesia. Minus 6,5 persen untuk Malaysia; 7,6 persen Filipina; 13,6 persen Singapura; dan Thailand minus 6 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Bank Dunia turut memprediksikan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN tahun ini seperti Indonesia minus 2 persen sampai minus 1,6 persen, Malaysia minus 6,1 persen sampai minus 4,9 persen, dan Filipina minus 9,9 persen sampai minus 6,9 persen.
Kemudian Thailand minus 10,4 persen sampai 8,3 persen, Vietnam 1,5 persen sampai 2,8 persen, Kamboja minus 2,9 persen sampai minus 2 persen, Laos minus 2,4 persen sampai minus 0,6 persen, dan Myanmar minus 0,9 persen sampai 0,5 persen.
"Hanya Vietnam yang relatif cukup baik bahkan Kamboja yang bisanya relatif developing dan baru biasanya masih bisa cukup tinggi tapi mereka juga mengalami kontraksi cukup dalam," katanya.
Sri Mulyani optimistis ASEAN sebagai satu wilayah ekonomi dan pasar besar akan memberikan keuntungan antara satu dengan lainnya sehingga bisa saling memperkuat dan meningkatkan data tahan akibat krisis pandemi.
"Itu terlihat dari 1997-1998 waktu terjadi ASEAN financial crisis dan global financial crisis yaitu ASEAN termasuk region yang paling mudah untuk kembali recover," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020