Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku telah diminta masukan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengenai sosok bakal cawali yang akan menggantikannya di Pilkada Surabaya 2020.
"Kalau diminta semua anggota DPP itu semua diminta, bukan hanya saya sebagai Wali Kota Surabaya yang akan diganti gitu. Tapi memang keputusannya hak prerogatifnya ada di Ketua Umum. Itu ada pasal-pasalnya," ujar Wali Kota Risma kepada wartawan di rumah dinasnya Jl Sedap Malam, Kota Surabaya, Jumat.
Meski demikian, Risma mengatakan sampai sekarang tidak tahu siapa yang dipilih Megawati untuk maju di Pilkada Surabaya.
"Waktu saya pun saya juga gak tahu, tapi ibu perso (melihat pada orang yang punya visi)," katanya.
Risma mengaku tidak merekomendasikan nama ke Megawati. Tapi, orang yang layak memimpin Surabaya adalah yang memiliki visi perencanaan kota yang baik. Ia mencontohkan saat awal-awal Risma jadi wali kota sering menerjemahkan visi Megawati Soekarnoputri.
"Saya buka dengan beberapa teman, coba dengar Ibu Mega. Ibu Mega itu sangat visioner. e-Procurement itu Kepresnya zaman Ibu Mega. Di Surabaya saya buat 2003, digunakan Nasional 2010. Kemudian e-Budgeting, Surabaya dengan uang segini kok bisa bangun. Karena mulai awal efisiensi," katanya.
Risma lantas menceritakan saat rekomendasi maju Pilkada Surabaya di periode kedua ketika dia akhirnya dipasangkan dengan Whisnu Sakti Buana. Ia menceritakan saat itu rekomendasi tidak turun-turun tapi ternyata kemudian Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sendiri yang membawa rekomendasi itu ke Surabaya.
"Saat itu semua bingung rekomku tidak turun-turun tapi ternyata kalau Tuhan menghendaki Pak Hasto sendiri yang mengantar rekom itu ke sini. Jadi kalau begitu itu percayakan pada pada Tuhan Yang Maha Kuasa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Kalau diminta semua anggota DPP itu semua diminta, bukan hanya saya sebagai Wali Kota Surabaya yang akan diganti gitu. Tapi memang keputusannya hak prerogatifnya ada di Ketua Umum. Itu ada pasal-pasalnya," ujar Wali Kota Risma kepada wartawan di rumah dinasnya Jl Sedap Malam, Kota Surabaya, Jumat.
Meski demikian, Risma mengatakan sampai sekarang tidak tahu siapa yang dipilih Megawati untuk maju di Pilkada Surabaya.
"Waktu saya pun saya juga gak tahu, tapi ibu perso (melihat pada orang yang punya visi)," katanya.
Risma mengaku tidak merekomendasikan nama ke Megawati. Tapi, orang yang layak memimpin Surabaya adalah yang memiliki visi perencanaan kota yang baik. Ia mencontohkan saat awal-awal Risma jadi wali kota sering menerjemahkan visi Megawati Soekarnoputri.
"Saya buka dengan beberapa teman, coba dengar Ibu Mega. Ibu Mega itu sangat visioner. e-Procurement itu Kepresnya zaman Ibu Mega. Di Surabaya saya buat 2003, digunakan Nasional 2010. Kemudian e-Budgeting, Surabaya dengan uang segini kok bisa bangun. Karena mulai awal efisiensi," katanya.
Risma lantas menceritakan saat rekomendasi maju Pilkada Surabaya di periode kedua ketika dia akhirnya dipasangkan dengan Whisnu Sakti Buana. Ia menceritakan saat itu rekomendasi tidak turun-turun tapi ternyata kemudian Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sendiri yang membawa rekomendasi itu ke Surabaya.
"Saat itu semua bingung rekomku tidak turun-turun tapi ternyata kalau Tuhan menghendaki Pak Hasto sendiri yang mengantar rekom itu ke sini. Jadi kalau begitu itu percayakan pada pada Tuhan Yang Maha Kuasa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020