Sekitar 300 rumah warga dan fasilitas umum di Pulau Tunda Kabupaten Serang hanya mengandalkan penerangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) kapasitas 100 KVA dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kapasitas 25 KVA.

Dari PLTD itu warga setidaknya bisa menikmati aliran listrik sekitar 4 jam mulai pukul 18.00 hingga pukul 22.00 WIB. Sedangkan dari PLTS, aliran listrik hanya bisa dinikmati kurang lebih 2 sampai 3 jam saja.

Pulau Tunda masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, Banten, yang dihuni sekitar 1.000 orang lebih.

Seperti terpantau pada Rabu (5/8/2020) malam, ba'da sholat magrib sejumlah anak sekolah dasar (SD) dan anak sekolah menengah pertama (SMP) menuju rumah Ustad Kusnadi, di Kampung Pulau Tunda, Desa Wargasara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, untuk belajar mengaji. 

Kala itu, rumahnya gelap gulita karena tidak ada penerangan listrik. Dengan penerangan seadanya, berupa lilin, kegiatan belajar mengajar ngaji tetap digelar, terlihat para santri dengan hikmat dan serius melantunkan ayat-ayat suci Alquran.

"Sudah tiga pekan Pulau Tunda gelap gulita, listrik tidak ada. Tidak tahu sampai kapan kegelapan ini akan berlangsung di wilayah kami. Walaupun hanya pake penerangan lilin kami tetap semangat untuk belajar mengaji supaya bisa membaca Alquran," kata Yoga,
salah seorang warga.

Kepala Desa Wargasara, Hasim ketika dikonfirmasi mengatakan, bahwa saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang listriknya digunakan warga Pulau Tunda sedang rusak dan masih dalam perbaikan. 

"Selain memang mesinnya sudah tua (berusia 7 tahun), sehingga kerap terjadi kerusakan. Diperkirakan dalam satu pekan kedepan perbaikan akan selesai dan PLTD yang merupakan hasil swadaya masyarakat itu pun bisa digunakan kembali," kata Hasim. 

Hasim menjelaskan, bahwa masyarakat di Pulau Tunda selama ini belum bisa menikmati listrik selama 24 jam full seperti yang dialami masyarakat lainnya. Dalam satu hari satu malam jika PLTD berfungsi, masyarakat bisa menikmati listrik sekitar 5 jam saja, yakni pada malam hari mulai pukul 18.00 sampai dengan pukul 22.00. Selanjutnya untuk penerangan lampu dari malam hingga pagi rumah-rumah warga menggunakan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bertenaga 25 Kilo volt amper yang hanya bisa bertahan 2 hingga 3 jam saja. 

"Memang persoalan listrik masih menjadi kendala sebagian besar masyarakat Pulau Tunda. Namun bagi yang ekonominya mampu, mereka menggunakan genset untuk kebutuhan listrik mereka sehari-hari," jelas Hasim.

Baca juga: Jenazah hilang di pemakaman umum gegerkan warga ditemukan dalam septic tank

Pewarta: Susmiyatun Hayati

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020