Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo mendorong pemerintah untuk memfokuskan pada upaya percepatan realisasi vaksin COVID-19, mengingat SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 akan eksis untuk jangka waktu yang lama.
"Durasi flu Spanyol bisa dijadikan patokan. Flu Spanyol mulai mewabah Maret 1918, dan berlangsung hingga Juni 1920. Pada rentang waktu pandemi COVID-19 yang masih sulit dihitung itu, Indonesia harus berupaya menghindar dari ketergantungan akan kebutuhan vaksin Corona," ujar Bamsoet, di Bali, dalam pernyataan tertulisnya, Senin.
Karenanya, mantan Ketua DPR RI itu mendorong pemerintah berupaya mandiri dalam memenuhi kebutuhan vaksin Corona dengan fokus dalam mempercepat realisasi vaksin Corona produk lokal.
Pemerintah, kata Bamsoet, harus segera mengambil prakarsa berkomunikasi dan berkoordinasi dengan para akademisi dan peneliti.
"Sejauh yang saya amati sampai saat ini, sudah ada upaya dari sejumlah pihak di dalam negeri untuk menciptakan vaksin Corona. Namun, upaya itu tidak mudah karena ada sejumlah tantangan. Saya mendorong pemerintah untuk segera hadir di dalam upaya itu, sekaligus membantu mengurai tantangan-tantangan itu,‘’ kata politikus senior Partai Golkar itu.
Tantangan yang dimaksudkannya, antara lain meliputi kebutuhan biaya yang besar untuk riset dan pengembangan vaksin, upaya percepatan menghasilkan vaksin hingga tahap ketersediaannya di publik.
Selain itu, kata Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu, tantangan lainnya menyangkut besarnya skala produksi vaksin.
"Demi kepentingan 270 juta penduduk Indonesia, kehadiran dan keterlibatan pemerintah di dalam upaya yang sarat tantangan itu sangat relevan dan 'urgent'. Dari komunikasi dan koordinasi dengan para akademisi serta peneliti, minimal akan ditemukan jalan keluar mengatasi tantangan-tantangan tersebut," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila itu mendukung upaya inaktivasi virus yang sedang dilakukan sejumlah perusahaan Indonesia, di antaranya PT Bio Farma bekerjasama dengan Sinovac dari Tiongkok, PT Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan, serta perusahaan swasta dengan Sinopharm dari Tiongkok.
"Indonesia tidak bisa hanya menunggu hasil riset dan pengembangan serta produksi vaksin Corona dari negara lain. Indonesia harus mandiri. Apalagi, Indonesia juga memiliki PT Bio Farma yang sudah berpengalaman membuat vaksin," pungkas Bamsoet.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
"Durasi flu Spanyol bisa dijadikan patokan. Flu Spanyol mulai mewabah Maret 1918, dan berlangsung hingga Juni 1920. Pada rentang waktu pandemi COVID-19 yang masih sulit dihitung itu, Indonesia harus berupaya menghindar dari ketergantungan akan kebutuhan vaksin Corona," ujar Bamsoet, di Bali, dalam pernyataan tertulisnya, Senin.
Karenanya, mantan Ketua DPR RI itu mendorong pemerintah berupaya mandiri dalam memenuhi kebutuhan vaksin Corona dengan fokus dalam mempercepat realisasi vaksin Corona produk lokal.
Pemerintah, kata Bamsoet, harus segera mengambil prakarsa berkomunikasi dan berkoordinasi dengan para akademisi dan peneliti.
"Sejauh yang saya amati sampai saat ini, sudah ada upaya dari sejumlah pihak di dalam negeri untuk menciptakan vaksin Corona. Namun, upaya itu tidak mudah karena ada sejumlah tantangan. Saya mendorong pemerintah untuk segera hadir di dalam upaya itu, sekaligus membantu mengurai tantangan-tantangan itu,‘’ kata politikus senior Partai Golkar itu.
Tantangan yang dimaksudkannya, antara lain meliputi kebutuhan biaya yang besar untuk riset dan pengembangan vaksin, upaya percepatan menghasilkan vaksin hingga tahap ketersediaannya di publik.
Selain itu, kata Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu, tantangan lainnya menyangkut besarnya skala produksi vaksin.
"Demi kepentingan 270 juta penduduk Indonesia, kehadiran dan keterlibatan pemerintah di dalam upaya yang sarat tantangan itu sangat relevan dan 'urgent'. Dari komunikasi dan koordinasi dengan para akademisi serta peneliti, minimal akan ditemukan jalan keluar mengatasi tantangan-tantangan tersebut," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila itu mendukung upaya inaktivasi virus yang sedang dilakukan sejumlah perusahaan Indonesia, di antaranya PT Bio Farma bekerjasama dengan Sinovac dari Tiongkok, PT Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan, serta perusahaan swasta dengan Sinopharm dari Tiongkok.
"Indonesia tidak bisa hanya menunggu hasil riset dan pengembangan serta produksi vaksin Corona dari negara lain. Indonesia harus mandiri. Apalagi, Indonesia juga memiliki PT Bio Farma yang sudah berpengalaman membuat vaksin," pungkas Bamsoet.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020