Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus berupaya memberikan terobosan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, salah satunya melalui  Warning Receiver System (WRS) di berbagai wilayah rawan gempa dan tsunami di Indonesia.  

"Pemasangan alat WRS disejumlah titik tersebut karena Wilayah Indonesia memiliki banyak sumber gempa," kata Kepala Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, Suwardi usai melaksanakan sosialisasi Commtesr Warning Receiver System (WRS New Gen) derah Kabupaten Serang oleh Badan Klimatologi dan Gesofisika BMKG di Aula KH Syam’un Setda Kabupaten Serang, Sabtu (27/6).

Ia mengungkapkan Wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempa dunia yang terbentang dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Laut Banda, Seram, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. 

Baca juga: BMKG mengeluarkan peringatan waspada gelombang tinggi di sejumlah perairan Indonesia

Sebagai wilayah yang terletak pada jalur gempa aktif, kondisi fisiografi wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan 3 lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Ketiga lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan bergerak secara relatif antara satu dengan yang lain, menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di dunia. 

“Secara umum, kita memiliki 13 segmentasi sumber gempa megathrust. Selain itu kita juga memiliki sebanyak 295 segmentasi sesar aktif. Berdasarkan kondisi tektonik yang kompleks ini, maka gempa dapat terjadi kapan saja dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman,” kata Suwardi. 

Di Wilayah Banten dan sekitarnya, kata dia, selain aktivitas subduksi, gempabumi yang terjadi di wilayah ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas sesar-sesar lokal seperti Sesar Ujung Kulon, Sesar Cimandiri, Patahan Pelabuhan Ratu, dan terusan Sesar Semangko. 

Hasil monitoring BMKG untuk seluruh wilayah Indonesia menunjukkan selama periode 2008-2019, rata-rata dalam setahun terjadi gempa sebanyak 5.818 kali, gempa signifikan dengan magnitudo di atas 5,0 sebanyak 347 kali dan 2 tahun sekali terjadi gempa berpotensi tsunami. 

“Sedangkan untuk wilayah Banten pada periode tersebut rata-rata per tahunnya terjadi 177 gempabumi, 5 diantaranya merupakan gempabumi signifikan dengan magnitude di atas 5.0 dan satu kali gempa berpotensi tsunami dengan magnitude ≥ 6.5 pada tanggal 02 Agustus 2019,” katanya.

Terkait kondisi wilayah Indonesia yang rawan gempa dan tsunami ini, BMKG memiliki tugas dan kewajiban dalam menyediakan informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang tertuang dalam UU No. 31 Tahun 2009, dan Perpres No. 93 Tahun 2019. 

Sebagai salah satu implementasi dari tugas dan kewajiban tersebut di atas maka BMKG melaksanakan kegiatan pemasangan alat penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami yaitu Warning Receiver System (WRS) di berbagai wilayah rawan gempa dan tsunami di Indonesia. 

Suwardi menjelaskan, sejak Tahun 2008 BMKG sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS. Namun demikian, mengingat peralatan WRS masih sangat dibutuhkan oleh Pemerintah daerah dan kantor Lembaga/Kementerian terkait, maka pada tahun 2020 ini, BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi, 10 diantaranya diinstalasi di wilayah Provinsi Banten. 

“Adapun 10 lokasi tersebut yaitu BBMKG Wilayah II, Kantor Bupati Pandeglang, Kantor Walikota Tangerang Selatan, Stasiun Geofisika Tangerang, BPBD Kabupaten Tangerang, Kantor Bupati Lebak, Kantor Bupati Serang, Kantor Walikota Cilegon, Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), dan Hotel Mambruk,” jelasnya.

Suwardi juga menjelaskan, WRS generasi terbaru yang tentu saja menggunakan teknologi terbaru ini memiliki nama baru yaitu “WRS NewGen” yang berbeda dengan WRS sebelumnya. 

WRS NewGen merupakan terobosan baru BMKG dalam penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami, karena alat ini akan memberikan informasi gempa secara lebih cepat karena bersifat “real time”.

Lokasi pemasangan WRS NewGen tahun 2020 ini mencakup Kantor Kementrian/Lembaga yang tersebut dalam Perpres No. 93 Tahun 2019 dan institusi yang terlibat dalam penanganan bencana gempa dan tsunami seperti Kantor Pemerintah Daerah (BPBD), Kantor Media Televisi/Radio, Institusi terkait yang memiliki kerjasama dengan BMKG terkait sharing data dan informasi, serta beberapa diantaranya ditempatkan di kawasan industri dan hotel di wilayah rawan gempabumi dan tsunami.

“Dengan terpasangnya WRS NewGen ini diharapkan dapat meningkatkan performa penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG Pusat Jakarta ke kantor unit pelaksana teknis BMKG, Pemerintah Daerah, Lembaga/Kemeterian, Media, dan lembaga lain yang terkait penanganan bencana,” ungkapnya. 

Ia berharap dengan adanya percepatan penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami ini, maka akan dapat mempercepat respon dalam penanganan bencana, sehingga dapat memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat Indonesia dari bencana.

Sosialisasi tersebut, dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Serang, Tubagus Entus Mahmud Sachiri, Kepala Dinas Komunikasi Persandian dan Statistik (Diskominfosatik), Anas Dwi Satya Prasadya, dan perwakilan dari organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Serang.

Sekda Kabupaten Serang, Tubagus Entus Mahmud Sachiri mengucapkan terimakasih kepada BMKG yang telah memberika alat WRS dalam upaya mengurangi dampak dari gempa yang bisa timbul kapan saja dan dimana saja.

“Pada Desember 2018 lalu wilayah Kecamatan Anyer dan Cinangka terjadi tsunami, bencana seperti itu setiap saat bisa terjadi karena Kabupaten Serang berada pada jalur perairan selat sunda. Sehingga gempa tsunami mengingatkan kita agar bisa berhati-hati dan waspada selalu,” ujar Entus.

Pewarta: Lukman Hakim

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020