Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Kabupaten Lebak membutuhkan permodalan dan pemasaran guna membangkitkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penyerapan lapangan pekerjaan.

"Sebagian besar omzet pelaku IKM merosot dan diantaranya gulung tikar akibat pandemi COVID-19," kata Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Saepudin di Lebak, Jumat.

Pelaku IKM di Kabupaten Lebak sejak tiga bulan terakhir ini tentu kesulitan permodalan dan pemasaran.

Mereka pelaku IKM tersebut ada yang masih bertahan, meski omzet pendapatan menurun drastis hingga 90 persen dibandingkan hari normal.

Pemerintah daerah mengapresiasi kebijakan Presiden Joko Widodo akan memberikan kemudahan untuk mendapatkan akses permodalan bagi pelaku IKM melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Kami opitimistis kebijakan itu dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penyerapan lapangan pekerjaan," katanya menjelaskan.

Menurut dia, pelaku IKM di Kabupaten Lebak yang terdampak pandemi COVID-19 bidang produksi aneka kerajinan bambu, anyaman, aneka makanan, batik Lebak, tenun Baduy hingga kerajinan tangan.

Pemerintah daerah juga akan terus mengoptimalkan pembinaan, pelatihan dan memfasilitasi dengan memberikan sertifikasi halal hingga meningkatkan pengemasan juga memiliki standar nasional Indonesia (SNI).

Disamping itu juga pemberian pemasangan barcode dan pemberian sertifikat organik pangan sehingga pelaku IKM bisa menembus pasar domestik dan mancanegara.

Saat ini, jumlah pelaku IKM di Kabupaten Lebak tercatat 14.217 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sekitar 28.346 orang.

"Kami berharap melalui bantuan program KUR dapat bangkit kembali pelaku IKM dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan pihaknya kini memfasilitasi pemasaran produk kerajinan pelaku IKM dengan PT Indomarco yang memiliki toko minimarket yang ada diberbagai daerah di Tanah Air.

Kerja sama itu, kata dia, tentu dapat membantu pelaku IKM sehingga bisa menggulirkan pertumbuhan ekonomi daerah.

"Kami minta PT Indomarco bisa membantu memasarkan produk kerajinan pelaku IKM itu," katanya.

Ani (45), seorang pelaku IKM warga Cibadak Kabupaten Lebak mengaku dirinya selama ini terpuruk akibat merebaknya wabah virus corona atau COVID-19 sehingga omzet pendapatan menurn drastis.

"Kami saat ini sudah bagus bisa bertahan hidup saja, karena pendapatan menurun hingga 80 persen atau Rp200 ribu dari normalnya Rp1 juta/hari," kata Ani yang kini memproduksi makanan ringan "Pare Crispy".

Biasanya, kata dia, dirinya memproduksi sebanyak 50-60 kilogram sayuran paria sebagai bahan baku "Pare Crispy".

Namun, kini hanya mampu memproduksi sebanyak 10 kilogram/hari karena menurunnya permintaan pasar luar daerah.

Permintaan produksi "Pare Crispy" itu, selain di wilayah Banten juga menembus pasar DKI Jakarta, Bogor hingga Bandung.

"Kami sangat membutuhkan modal dan pemasaran agar produksi makanan ringan "Pare Crispy" bisa kembali laku keras di pasaran," katanya menjelaskan.
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020