Mataram (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap Nusa Tenggara Barat (ACT NTB) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) kembali mendistribusikan kebutuhan air bersih untuk masyarakat Lombok, khususnya mereka yang tinggal di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.

Kepala Program ACT NTB Romy Saefudin, di Mataram, Selasa, mengatakan Desa Sajang dan Beluk Petung, Kecamatan Sembalun menjadi wilayah dengan tingkat kekeringan terparah saat ini.

"Sejak pemulihan gempa, ACT masih menyuplai kebutuhan air warga di kedua desa tersebut," kata Romy.
Baca juga: ACT salurkan 1.600 paket pangan gratis korban gempa pulau Lombok

Menurutnya, seiring meluas kekeringan, ACT akan berikhtiar menambah armada untuk menyuplai kebutuhan air bersih untuk warga pada beberapa desa di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur.

"Selain itu, Program Sumur Wakaf masih terus berjalan pada beberapa lokasi yang dinilai sangat membutuhkan air bersih," ujarnya lagi.

ACT NTB melalui Global Wakaf pun tengah memetakan penambahan lokasi pengeboran Sumur Wakaf.

Menurut Romy, assessment masih dilakukan di Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, dan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, juga di beberapa wilayah Kabupaten Lombok Timur.

"Sumur Wakaf ini akan dibangun untuk menyuplai kebutuhan air bersih warga. Untuk lokasi yang kekeringannya tidak begitu parah akan disuplai dengan armada watertank sampai kondisi warga kembali normal," ujar Romy.

Ia mengatakan Program Sumur Wakaf pun akan diikhtiarkan menjangkau Kabupaten Bima, Dompu, dan Sumbawa.

"Beberapa wilayah di sana juga mengalami kekeringan," katanya lagi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofidika (BMKG) merilis status kekeringan di NTB yang sudah memasuki level siaga. Provinsi ini sudah mengalami lebih dari 31 hari tanpa hujan (HTH).

Ahli sains atmosfer Tri Wahyu Hadi mengatakan, secara umum, iklim di Indonesia, termasuk Lombok, dikendalikan oleh sirkulasi monsun Asia-Australia, yakni aliran udara atau angin di lapisan bawah atmosfer yang melintasi ekuator di atas Indonesia dan berganti arah tiap setengah tahun.

Selain perubahan curah hujan, kata dia, ada peningkatan temperatur rata-rata hampir setiap bulan sebesar 0,5 derajat Celsius, sebagaimana dilansir dari laman, World Wide Fund for Nature.

Pewarta: Awaludin
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019