Sambas (ANTARA) - Lewat pintu masuk ruang pelayanan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat tampak antrean panjang para pekerja migran Indonesia yang bekerja di negara tetangga Sarawak, Malaysia.

Satu per satu dari loket yang tersedia, pihak Imigrasi di PLBN Aruk tersebut melayani administrasi resmi yang harus dilakukan para penyumbang devisa negara tersebut. Saat Lebaran seperti saat ini, para pekerja yang mengadukan nasibnya di Tanah Sarawak tersebut mendominasi ingin pula ke kampung halamannya.

Berdasarkan catatan dinas terkait di Kabupaten Sambas dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, pekerja migran yang bekerja di Malaysia didominasi dari Kabupaten Sambas.

Kabupaten Sambas yang mendominasi sangat beralasan karena Sambas dengan Sarawak berbatasan darat langsung. Dari pusat Kota Sambas hanya butuh 2- 3 jam saja untuk ke PLBN Aruk. Dari Aruk ke pusat ibu kota Sarawak yakni ke Kuching juga tidak butuh lama hanya sekitar 2 jam.

Di luar Kompleks PLBN Aruk tersebut, penyedia jasa angkutan darat baik pribadi maupun bus sudah tersedia untuk siap mengantar para pemudik yang bekerja dari Malaysia.

Pemudik saat ini sudah dimudahkan untuk melanjutkan perjalanannya menuju kampung halaman. Bus milik negara yakni Perum Damri juga ada di sana, dan bahkan rutenya sampai ke Bandara Internasional Supadio Pontianak di Kubu Raya. Artinya pemudik dari luar Sambas seperti dari Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang di pesisir Mempawah, Kota Pontianak dan Kubu Raya tidak perlu khawatir karena moda angkutan umum sudah tersedia dengan harga yang murah.


PLBN Aruk Pangkas Waktu

Satu di antara pekerja migran Indonesia asal Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas, Iko mengatakan bahwa dirinya bekerja di Sarawak, Malaysia sudah hampir sembilan tahun.

Sejumlah kota di bagian Sarawak seperti di Sibu, Kuching hingga Miri sudah pernah ia datangi untuk mengais rezeki di negara bagian Malaysia tersebut.

"Saya sudah lama bekerja di Malaysia. Setiap tahun seperti Idul Fitri momen saya pulang setelah 11 bulan bekerja di negeri orang. Ini momen saya pulang ketemu keluarga dan kawan-kawan," ujar dia, saat ditemui di Aruk.

Menurutnya, bekerja di Malaysia juga dilakoni oleh beberapa teman di kampung halamannya. Bahkan, dia sering mengajak temannya untuk ikut bekerja di Malaysia.

"Saya sudah pernah bekerja di restoran, dan saat ini di toko yang menjual pakaian bekas. Saya juga mengajak beberapa teman di kampung untuk bekerja. Banyak teman saya di Sambas," ujar dia.

Ia memilih bekerja di Malaysia selain untuk ikut membantu ekonomi keluarganya, juga karena di sana banyak lapangan kerja.

"Di sana banyak pekerjaan. Tentu pekerjaan yang kasar dan sesuai dengan pendidikan saya ini, wajar saja. Yang jelas juga gaji di sini lumayan tinggi. Secara umum saya bekerja untuk membantu keluarga," kata dia pula.

Terkait keberadaan PLBN Aruk yang diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo pada 17 Maret 2017 lalu, menurutnya, sangat memudahkan untuk bekerja di Malaysia. Jaraknya sangat dekat. Berbeda dengan sebelum dibuka PLBN Aruk, ia harus melewati PLBN Entikong yang berada di Kabupaten Sanggau. Dari Sambas ke Sanggau saja butuh waktu sekitar 7-8 jam. Kemudian dari PLBN Entikong butuh 2 jam ke terminal di pusat ibu kota Sarawak.

"Jadi dengan adanya PLBN Aruk, waktu dan biaya bisa dipangkas separuh. Banyak keuntungan bagi warga Sambas," kata dia lagi.


1.000 Pelintas per hari.

Mendekati Lebaran 2019, sejumlah antisipasi dan perhatian dari instansi terkait terhadap lonjakan jumlah pekerja Indonesia dari Malaysia dilakukan. Bahkan Bupati Sambas, Atbah Romin Suhaili dan sejumlah Forkopimda turun ke lapangan.

Kunjungan ke lapangan Bupati di kabupaten berjuluk Serambi Mekkah itu untuk memastikan pelayanan PLBN Aruk kian maksimal. Selain itu, juga bagaimana pihak pendukung lainnya seperti dari penyedia jasa angkutan dan beberapa lainnya dapat membantu dan memudahkan penyumbang devisa negara pulang kampung.

"Saya bersama Forkopimda mengunjungi Aruk dalam rangka untuk melihat situasi arus mudik saudara kita yang bekerja di negara tetangga. Semua proses berjalan tertib, aman dan tidak ada hal yang perlu kehati-hatian," ujar Atbah.

Atbah menyebutkan bahwa dari data yang ia terima dari pihak PLBN, terdapat pelintas menjelang Lebaran rata-rata kisaran 1.000 pekerja migran per hari.

"Semakin dekat Lebaran, semakin ramai saudara kita yang bekerja di Malaysia tersebut. Mulai dari 700 pekerja per hari hingga 1.000 pekerja per hari," kata dia lagi.

Saat berkunjung, Atbah mendorong instansi terkait di PLBN Aruk untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pekerja migran.

"Kita berharap, ketika mereka masuk Indonesia mendapat pelayanan yang baik dari PLBN, mulai dari Imigrasi, Karantina, Bea Cukai dan juga para pemilik jasa transportasi. Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada laporan kepada saya tentang sesuatu yang terjadi di sana, kalau dulu misalnya masih ada soal bayaran yang tinggi terkait dengan ojek. Masih ada pungli yang tidak jelas terkait dengan troli. Tapi, sekarang sudah tidak ada lagi, mungkin sudah standar dan tidak ada pungli," ujar dia pula.

Kemudian untuk mengantisipasi pungli di PLBN Aruk, Tim Saber pungli terus bergerak. Tim hadir untuk memastikan tidak ada pungli yang bisa merugikan pekerja yang mudik.

"Mari kita semua jaga keamanan dan kenyamanan. Mari sambut Lebaran dengan suka cita. Semua harus bersama menghadirkan kebahagiaan," katanya pula.


Destinasi Wisata

Menariknya, di PLBN Aruk juga menjadi satu di antara destinasi wisata ketika masyarakat ke Aruk yang berada di Kecamatan Sajingan Besar tersebut. PLBN yang berada di dekat kawasan perbukitan dan hutan yang hijau membuat daya tarik tersendiri. Selain gedung yang mewah, lengkap dan modern juga di areanya terdapat Tugu Pancasila. Di tugu tersebut, lambang negara Indonesia dan di bawahnya tulisan Aruk, Indonesia menjadi titik wajib ketika berada di sana.

Kehadiran PLBN Aruk mampu mengubah wajah perbatasan yang dulunya terbelakang menjadi berada. Pendekatan kesejahteraan dan keamanan mampu membuat daerah itu, pelan tapi pasti maju kian pesat. Saat ini, juga telah tersedia pasar wisata dan beberapa fasilitas lainnya.

Jalan dari Kantor Camat Sajingan Besar ke PLBN yang jaraknya sekitar 4,6 kilometer saat ini juga sudah memiliki dua jalur empat lajur. Sejak diresmikan dengan saat ini kian berubah. Sejumlah rumah toko juga tersedia. Penyedia jasa angkutan orang dan barang, ekonomi masyarakat kian bergeliat.
Tugu Pancasila di Aruk, Sambas (Dedi)

Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019