Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan Herna Lestari menilai pelayanan kesehatan peduli remaja yang ada di puskesmas-puskesmas masih belum tersistem karena masih mengandalkan figur-figur tenaga kesehatan yang ramah terhadap remaja.

"Ada beberapa puskesmas yang sudah memberikan pelayanan kesehatan peduli remaja dengan baik karena ada tenaga kesehatan yang ramah remaja. Namun, situasi berubah ketika tenaga kesehatan itu dipindahtugaskan," kata Herna dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Herna mengatakan bila sistem pelayanan kesehatan peduli remaja sudah berjalan baik, maka puskesmas-puskesmas tidak akan bergantung pada keberadaan satu atau dua tenaga kesehatan yang ramah remaja dalam melayani para remaja, khususnya pelayanan kesehatan reproduksi.

Yang masih terjadi, puskesmas terkesan memberikan pelayanan kesehatan peduli remaja seadanya saja. Misalnya, hanya memberikan penyuluhan saja sudah dianggap melakukan pelayanan kesehatan peduli remaja.

"Padahal, keterbatasan akses layanan dan informasi terkait kesehatan reproduksi bagi remaja menimbulkan risiko bagi status kesehatan mereka. Remaja menjadi tidak memiliki pilihan untuk merencanakan kesehatan mereka," tuturnya.

Herna mengatakan selama ini puskesmas-puskesmas kebanyakan beralasan memiliki tenaga kesehatan yang terbatas dalam memberikan pelayanan kesehatan peduli remaja.

Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan peduli remaja biasanya juga bertugas di poli-poli pengobatan lain. Akibatnya, pelayanan kesehatan peduli remaja lebih banyak berfokus pada pengobatan daripada pencegahan dan promosi.

Program pelayanan kesehatan peduli remaja di puskesmas dimulai pemerintah Indonesia sejak 2003. Namun, berdasarkan survei Yayasan Kesehatan Perempuan yang dilakukan pada 2018 dan Rutgers Indonesia pada 2018, pelayanan kesehatan peduli remaja masih belum maksimal. 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019