Minyak mentah memiliki potensi lebih besar untuk naik
Houston (ANTARA) - Harga-harga minyak sebagian besar relatif stabil pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mengakhiri pekan ini sedikit lebih rendah karena ketegangan perdagangan yang dipicu oleh langkah Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tarif barang-barang China dibayangi pengetatan pasokan global dan ekspektasi kenaikan permintaan pengilangan AS.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli naik tipis 0,23 dolar AS atau 0,4 persen menjadi ditutup pada 70,62 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, tetapi membukukan kerugian mingguan sebesar 0,3 persen.

Patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, turun 0,04 dolar AS menjadi menetap pada 61,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, dengan kerugian mingguan sebesar 0,5 persen.

Setelah minggu yang bergejolak, investor khawatir tentang kemungkinan perang perdagangan Amerika Serikat - China yang berlarut-larut, meskipun ada upaya-upaya menit terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan.

Presiden AS Donald Trump pada Jumat (10/5/2019) mengatakan dia tidak terburu-buru untuk menandatangani kesepakatan perdagangan dengan China ketika Washington memberlakukan tarif baru untuk barang-barang China dan para negosiator mengakhiri pembicaraan hari kedua.

Ketegangan perdagangan yang meningkat antara dua konsumen minyak terbesar dunia itu dapat mempengaruhi permintaan minyak. Data dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan Amerika Serikat dan China bersama-sama menyumbang 34 persen dari konsumsi minyak global pada kuartal pertama 2019, .

Harga mendapat beberapa dukungan pada Jumat (10/5/2019) karena investor mengantisipasi kilang-kilang Gulf Coast dan Midwestern, yang keluar dari pemeliharaan musiman, untuk mendorong permintaan minyak menjelang musim mengemudi musim panas di Amerika Serikat.

"Minyak mentah memiliki potensi lebih besar untuk naik," kata Kepala Analis Minyak di Oil Price Information Service, Tom Kloza. "Dengan dimulainya pengilangan Teluk, permintaan akan secara signifikan di atas pasokan untuk sekitar 100 hari ke depan."

Investor juga fokus pada pengetatan pasokan menyusul pengurangan produksi yang dipimpin OPEC sejak awal tahun. Investor percaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu produsennya akan memperpanjang perjanjian pengurangan produksi enam bulan dalam beberapa minggu mendatang.

"Kami menunggu untuk melihat apakah Saudi memberi sinyal perpanjangan pengurangan produksi mereka, dalam beberapa minggu mendatang," kata Wakil Presiden Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian, di Stamford, Connecticut. "Pasar sedang mencari penggerak berikutnya."

Pasar telah didukung lebih jauh oleh tawaran Washington untuk memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol. Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada November, setelah menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia tahun lalu.

Ini pada awalnya memungkinkan pembeli terbesar Iran untuk terus membeli minyak melalui keringanan selama enam bulan lagi, tetapi pengecualian itu berakhir pada awal Mei.

China Petrochemical Corp (Sinopec Group) dan China National Petroleum Corp (CNPC), perusahaan penyulingan milik negara, mengabaikan pembelian minyak Iran untuk pemuatan pada Mei setelah Washington mengakhiri keringanan sanksi untuk meningkatkan tekanan pada Teheran, tiga orang dengan pengetahuan tentang masalah tersebut mengatakan. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Harga emas naik dua hari beruntun di tengah ketegangan perdagangan

Baca juga: Saham Wall Street berhenti turun pasca-pembicaraan dagang konstruktif



 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019