Ambon (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) LIPI, Hanung Mulyadi mengatakan, pelayaran kapal antarnegara merupakan salah satu penyebab populasi sel fitoplankton atau alga (ganggang) beracun di Teluk Ambon.

"Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ekspansi alga berancun di Teluk Ambon, salah satunya aktifitas pelayaran kapal antar negara," katanya di Ambon, Kamis.

Dikatakan, salah satu faktor penyebab yakni ekspansi alga beracun, meskipun dalam kajian telah dipublikasikan, tetapi ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ekspansi dari adanya aktifitas pelayaran kapal antar negara.

"Ketika terjadi aktifitas pelayaran antar negara dari tropis ke iklim sedang atau sebaliknya ada kemungkinan membawa air balas kapal. Mudahnya begini, biota laut alga atau biota lain seperti zoo plankton atau molusca hidupnya di perairan Jepang, tetapi karena adanya lalu lintas kapal baik perdagangan mengakibatkan ekspansi alga," ujarnya

Faktor penyebab lainnya kata Hanung, selain lalu lintas kapal antarnegara, tetapi juga melalui komoditas perikanan, karena itu harus diwaspadai juga komoditas perikanan seperti kerang dan jenis ikan pelagis.

Komoditas perikanan juga bisa menjadi faktor pembawa, ketika daerah tertentu mengalami blooming alga kemudian dikonsumsi kerang dan ketika kerang diekspor maka menjadi faktor pembawa.

"Selanjutnya ketika kerang tersebut dibudidayakan atau dikonsumsi maka bisa menjadi salah satu penyebab, terutama yang dibudidaya di tempat lain maka akan berkembang biak," katanya.

Alga lanjunya dapat peradaptasi di laut mana saja sepanjang kondisinya memugkinkan untuk bertumbuh dan berkembang biak.

"Ketika kondisi tidak memungkinkan akan tidur, tetapi karena teluk Ambon merupakan perairan semi tertutup yang sangat rentan sehingga dapat berkembang biak," ujar Hanung,

Ia mengakui, adanya sel alga beracun di Teluk Ambon mulai terdeteksi sejak tahun 1994, tetapi tingginya intensitas ledakan populasi biota tersebut baru terjadi selama tiga tahun terakhir, yakni pada 12 juli 2012, Februari dan Maret 2013, dan 2 Juli 2014.

Ledakan populasi fitoplankon tertinggi terjadi pada 2 Juli 2014, sekitar pukul 10.00 WIT di perairan Teluk Ambon di Desa Waiheru, Passo dan Halong, Kecamatan Baguala, kelimpahannya mencapai 7,4 x 10.000.000 sel per meter kubik dan menyebabkan perubahan warna air laut.

Pemantauan juga dilakukan pada tanggal 10 dan 11 Januari 2019, terjadi ledakan fitoplankton dan perubahan warna perairan teluk Ambon dalam. Kejadian ledakan alga ini didominasi species Gonyaulax sp, dengan luasan diprediksi mencapai 31 hektar.
 

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019