Tabanan, Bali (ANTARA) - Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadjamuddin Ramly mengatakan Pemerintah Daerah Tabanan telah merespon surat keberatan dari Kemendikbud terkait helipad (landasan untuk helikopter) yang berada di tengah subak Jatiluwih, Tabanan, Bali.

"Mereka telah mengirimkan balasan, dan saya harap segera ada tindak lanjut dari kejadian tersebut," kata Nadjamuddin di Bali, Rabu.

Dia mengatakan helipad tersebut dibangun untuk membawa tamu-tamu VVIP untuk langsung ke subak Jatiluwih. Dia menayangkan pembangunan itu berada di tengah subak yang telah menjadi Warisan Dunia pada 2012 tersebut.

Menurut dia pembangunan helipad sebagai sarana dan prasarana itu tidak masalah selama tidak berada di dalam kawasan yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Selain itu pembangunannya juga tidak boleh sampai merusak kawasan tersebut.

Jika kawasan itu sampai rusak, maka status subak sebagai Warisan Dunia dapat terancam.

"Saat kita mengajukan Warisan Dunia, maka UNESCO meminta komitmen Indonesia untuk menjaga dan melestarikannya," kata Nadjamuddin.

Dia juga berharap pemerintah daerah serta masyarakat memahami hal tersebut dan bersama-sama ikut menjaga subak. Situs yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia akan terus dievaluasi oleh UNESCO.

Salah satu penilaiannya adalah keaslian dari bentuk situs yang telah ditetapkan tersebut.

Selain itu Nadjamuddin meminta pemerintah setempat untuk memperhatikan kesejahteraan pada pemilik lahan sawah suab tersebut, hal ini agar status Warisan Dunia juga memberikan manfaat bagi masyarakatnya.

"Kami berharap ada komitmen pemerintah daeran untuk mengalokasikan APBD untuk kesejahteraan para pemilik lahan," kata dia.

Baca juga: Helipad di Tabanan jadi ancaman status subak sebagai warisan dunia

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019