Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggandeng lintas sektor menyederhanakan informasi bencana sehingga mudah dipahami masyarakat umum.

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Bernardus Wisnu Widjaja di Bandung, Rabu, mengatakan dalam beberapa hal informasi bencana tergolong rumit sehingga perlu disederhanakan.

"Info harus mudah dipahami, harus sampai sehingga masyarakat tidak panik saat bencana terjadi. Penting juga bahwa penanganan bencana itu pentahelix atau tidak bisa ditangani sendirian tapi harus dengan kerja sama lintas sektor," kata dia.

Dalam proses penyederhanaan itu, dia mengatakan perlu menggandeng wartawan, akademisi dan pihak-pihak terkait lainnya.

"Misalnya gempa terkadang menjadi masalah sosial, di sinilah perlunya mengkomunikasikan risiko," kata dia.

Wisnu mengatakan gempa bumi harus dipahami secara baik sehingga masyarakat seharusnya tidak panik. Mereka tahu antisipasi dan mitigasi jika pergerakan tanah terjadi.

Dia mencontohkan di Tokyo (Jepang) dan San Andreas (Amerika Serikat) adalah area patahan tektonik yang berisiko terjadi gempa bumi kapan saja.

Masyarakat di kawasan itu, kata dia, sudah dipersiapkan dengan kemungkinan terburuk sehingga siap melakukan evakuasi apabila bencana terjadi dan tidak mengalami ketakutan.

Begitu juga, lanjut dia, infrastruktur di dua kawasan itu dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan.

"Pipa gas tidak melewati patahan-patahan yang telah dipetakan. Karena jika tetap dilewati, saat gempa terjadi pipa bisa bocor dan memicu kebakaran hebat," katanya.

Indonesia, kata dia, di beberapa tempat dapat mengadopsi yang dilakukan Jepang dan AS pada kawasan-kawasan rentan gempa.

Baca juga: ACT DIY beri pelatihan mitigasi bencana kepada ratusan siswa
Baca juga: Surabaya ingin bentuk 15 sekolah tangguh bencana tahun ini
Baca juga: LIPI: peran akademisi rekomendasikan kebijakan mitigasi bencana

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019