Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memulai Program Satu Juta Nelayan Berdaulat dengan mengenalkan aplikasi FishOn pada nelayan Sukabumi guna mengoptimalkan potensi laut dan mengelola hasil lautnya secara mandiri.

"Dengan program ini diharapkan nelayan bisa langsung menjual hasil tangkapannya ke konsumen tanpa melalui tengkulak. Mereka bisa langsung mengetahui tempat-tempat di mana ada ikan, ini membuat operasional mereka lebih efisien. Cara ini akan lebih efektif sebab mereka bisa mendapatkan harga yang besar," katanya seperti dikutip dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.

Pelatihan nelayan untuk menggunakan aplikasi FishOn menandai Program Satu Juta Nelayan Berdaulat yang diluncurkan di Jakarta, Senin (8/4) di mana pada 2019 ditargetkan minimal ada 300 ribu nelayan dari 300 kabupaten/kota pesisir yang mendapatkan pelatihan melaut dengan dukungan teknologi 4.0.

Melalui program tersebut, nelayan dilatih menggunakan aplikasi FishOn, menabur jala yang efisien serta pemasaran ikan secara online, serta dilatih tentang standar keselamatan kerja di laut, dan menentukan daerah tangkapan ikan dan pengelolaan tangkapan.

Dalam kunjungannya ke tempat pelelangan ikan (TPI) Palangpang, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu, Luhut mengatakan program itu akan dilanjutkan ke Ambon, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan lima lokasi lainnya.

"Harapan Presiden 3,7 juta orang nelayan ini bisa lebih makmur. Mereka akan di-'training' selama dua minggu untuk mempelajari aplikasi. Semoga sepuluh tahun ke depan akan ada unicorn-unicorn baru," katanya.

Aplikasi FishOn juga memiliki fitur informasi pencurian ikan, pengawetan ikan, penjualan ikan, komunikasi pencatatan hasil tangkapan ikan, "panic button" untuk permintaan bantuan dalam kondisi darurat, fitur pembayaran elektronik dan fitur belanja kebutuhan sehari hari.

Selain itu, ada aplikasi penjualan dan manajemen gudang untuk koperasi nelayan, aplikasi lelang ikan online yang menghubungkan TPI, nelayan dan pedagang ikan, serta aplikasi website penjualan "e-commerce" ikan.

Aplikasi berbasis Android itu juga mengembangkan "device Internet of Thing" (IoT) untuk memberikan layanan internet murah di tengah laut, juga teknologi dari bahan alami yang membuat ikan tidak cepat membusuk dan tetap segar dalam 45 hari.

Dari segi bisnis, aplikasi ini melakukan pelatihan untuk nelayan dengan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yaitu sistem informasi yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi dan distribusi.

Dalam sesi dialog Luhut dengan nelayan, perwakilan nelayan meminta bantuan pemerintah untuk menyediakan teknologi atau alat yang bisa digunakan nelayan saat berhadapan dengan cuaca ekstrem saat sedang menangkap ikan di tengah laut, ada juga permintaan berupa modernisasi mesin nelayan dari mesin tingting ke mesin tempel 15 PK.

Menurut Luhut, pemerintah akan berupaya mewujudkan permintaan tersebut. Namun, ia mengingatkan agar para nelayan bisa menjaga laut dari sampah dan tidak merusak terumbu karang dengan bom.

"Ini perlu dibicarakan dulu dengan Bupati Marwan. Jika belanja negara kita makin baik, kemungkinan kita bisa mewujudkan pelabuhan nelayan dan memberikan mesin tempel," jawab Menko Luhut yang juga didampingi Bupati Sukabumi Marwan Hamami. 

Baca juga: Luhut: Program 1 Juta Nelayan Berdaulat akan jadi program ungggulan

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019