Jakarta (ANTARA) - Koalisi Perlindungan Orangutan pada Rabu mendesak pemerintah Indonesia menyelamatkan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) dari dampak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Sumatera Utara.

"Orangutan tapanuli adalah spesies yang berbeda yang harus dilindungi," kata Glenn Hurowitz, pemimpin eksekutif Mighty Earth, organisasi nirlaba yang gencar melakukan kampanye untuk melindungi hutan tropis, laut dan iklim dunia.

Dia mengatakan investasi luar negeri sesungguhnya dapat digunakan untuk membantu Indonesia melindungi sumber daya alam dan faunanya serta mengembangkan infrastruktur hijau.

Hurowitz menekankan bahwa harus ada alternatif untuk pengembangan ekonomi yang secara bersamaan melindungi lingkungan di sekitar area pembangunan PLTA Batang Toru.

Dia mengatakan hilangnya habitat akan menimbulkan efek jangka panjang yang parah bagi keberlangsungan hidup spesies, apalagi bagi orangutan tapanuli yang populasinya sudah sedikit dan sangat terancam punah.

Menurut perkiraan ada 800 orangutan tapanuli di kawasan tempat PLTA Batang Toru akan dibangun.

Dan jika Indonesia ingin meluncurkan program konservasi komprehensif untuk memperluas habitat spesies, Hurowitz mengatakan, maka akan ada dukungan keuangan yang kuat dari dunia internasional.

Ia menuturkan investasi luar negeri sesungguhnya dapat digunakan untuk membantu Indonesia melindungi sumber daya alam dan faunanya serta mengembangkan infrastruktur hijau.

Koalisi Perlindungan Orangutan telah mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo dalam upaya mendesak pemerintah melindungi spesies orangutan tapanuli dengan menghentikan rencana pembangunan PLTA Batang Toru. Surat itu diterima oleh Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko pada Selasa sore (5/3).

Koalisi mendorong pemerintah melakukan peninjauan lokasi bendungan dan bekerja dengan lembaga pemerintah daerah terkait untuk mengidentifikasi pilihan alternatif guna meningkatkan produksi energi, misalnya dengan tenaga surya dan panas.

Sementara peneliti dari Sumatra Orang Utan Conservation Arrum Harahap mengatakan pemerintah Indonesia bisa memanfaatkan potensi panas bumi untuk menghasilkan lebih banyak energi.

Dia mengemukakan kawasan di mana PLTA Batang Toru akan dibangun merupakan kawasan yang strategis untuk habitat spesies orangutan tapanuli karena tanahnya subur dan kaya sumber pakan.

 
Peneliti dari Sumatra Orang Utan Conservation Arrum Harahap berbicara dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (06/03/2019). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)


Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta PT North Sumatera Hydro Energi (NSHE), perusahaan yang akan membangun PLTA Batang Toru, memperkuat konservasi habitat orangutan dan satwa liar lainnya.

"Kami sudah mengirimkan surat. Nantinya hasilnya akan menjadi pedoman sejak pembangunan (PLTA) hingga beroperasi," kata Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta pada 28 September 2018.

Pembangunan PLTA di Batangtoru ini, kata Wiratno, bisa menjadi contoh bahwa kelestarian bisa sejalan dengan pembangunan. Pembuktian itu nantinya bisa direplikasi untuk pembangunan PLTA di tempat lain di Indonesia.

Baca juga:
Pemerintah minta pengembang buat jembatan arboreal di Batang Toru
Pemerintah minta Amdal PLTA Batang Toru diperbaiki

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019