Kota Bandarlampung di Provinsi Lampung memiliki sejumlah tempat bersejarah, termasuk rumah ibadah umat Islam yang sampai sekarang masih digunakan. Salah satunya adalah Masjid Jami` Al-Yaqin, masjid tertua dan bersejarah di Kota Bandarlampung usianya sudah lebih dari 200 tahun.

Masjid ini berada di Jalan Raden Intan Nomor 125, Kelurahan Pelita, Kecamatan Enggal, Kota Bandarlampung yang berada di sisi kanan salah satu ruas jalan protokol ibu kota Provinsi Lampung yang selalu padat sepanjang hari.

Masjid ini juga tak jauh dari pusat belanja dan perdagangan, baik pasar tradisional maupun modern di sekitarnya (Pasar Bawah, Pasar Tengah/SMEP, Pasar Bambu Kuning, dan Ramayana maupun Plaza Simpur Center).

"Ya, masjid ini sudah lama setahu saya. Jadi banyak warga sini menganggap masjid ini bersejarah di Bandarlampung," ujar salah satu warga jemaah masjid itu, Amanar (53), warga lama di sini, saat sedang bersiap beribadah salat di masjid tertua ini.

Mengutip dari Islamic-center.or.id, menyebutkan Masjid Jami` Al-Yaqin dibangun oleh pendatang dari Bengkulu yang berada di Tanjungkarang, Bandarlampung pada 1808.

Awalnya masih kecil dan hanya berbentuk surau untuk keperluan pribadi, dan hanya beratapkan rumbia. Kemudian mulai diperbesar menjadi musala.

Berdasarkan profil Masjid Al-Yaqin menyebutkan merupakan masjid yang sudah ada dari tahun 1808, sebelum Gunung Krakatau (Krakatoa) di Selat Sunda meletus dahsyat pada 26-27 Agustus 1883 hingga hanya menyisakan bekas induknya, dan kini muncul Gunung Anak Krakatau tetap aktif sebagai gunung berapi di dalam laut itu.

Awalnya bangunan musala berada di simpang empat Pasar Bawah, Tanjungkarang--sekitar satu kilometer dari lokasi masjid sekarang--kemudian dipindahkan dengan cara bergotong-royong dipanggul bersama-sama oleh masyarakat di sini.

Lokasi masjid saat ini merupakan tanah wakaf almarhum H Muchyiddin (warga Lampung) dan H Muhammad Yaqin (warga dari Bengkulu).

Menurut informasi dari berbagai sumber, pada 1882/1883, bangunan tempat ibadah itu pernah direnovasi dengan diperbesar dari ukuran sebelumnya, antara lain untuk menampung para pendatang dari Bengkulu dan warga sekitar makin banyak beribadah di sini.

Kemudian, warga setempat memindahkan musala dari samping Pasar Bawah, Tanjungkarang ke tempat yang sekarang pada 1912. Warga kampung beramai-ramai menggotong bersama-sama musala itu ke tempat ini. Pada lahan yang merupakan tanah wakaf tersebut.

Masjid Jami` Al-Yaqin diperbesar menjadi masjid pada 1923. Waktu itu, dindingnya setengah bata dan papan, tanpa kubah dan menara.

Masjid ini lantas terus mengalami beberapa kali renovasi hingga menjadi seperti sekarang.

Menurut penuturan warga lama di sekitar masid ini, dulu daerah di lingkungan masjid ini merupakan kawasan perkebunan.

Salah satu jemaah warga setempat Amanar menyatakan, penuturan dari orang tua mereka, semula mushala ini masih kecil dan berada di tempat ambil wudhu yang ada sekarang, lalu diperluas lagi hingga menjadi masjid seperti ini.

Berdasarkan profil masjid Jami` Al-Yaqin ini, telah beberapa kali direnovasi termasuk pada tahun 1923 dengan lahan berukuran kurang lebih 30x37 m dan luas kurang lebih 1.107 meter persegi, dan saat itu bangunan masih semipermanen tanpa kubah dan menara. Saat ini, masjid ini diberi nama Masjid Enggal Perdana.

Barulah, pada tahun 1965, nama masjid diubah menjadi Majid Al-Yaqin.

Pemberian nama Masjid Al-Yaqin merupakan usul dari Konsulat Jenderal Kedutaan Besar RI di Kerajaan Arab Saudi H Umar Murot. Kemudian nama tersebut dilengkapi pada tahun 2000 menjadi Majid Jami` Al-Yaqin yang dipakai hingga saat ini.


Basis Perjuangan Kemerdekaan

Keberadaan masjid dari semula merupakan surau/mushala yang telah berusia sekitar 211 tahun ini, diakui banyak pihak sebagai pelopor penggerak kegiatan umat Islam dalam syiar agama.

Masjid ini juga telah menjadi sarana/wadah perjuangan umat, yaitu menjadi tempat markas pejuang Indonesia dalam menentang penjajahan Belanda.

Salah satu tokoh yang terkenal dari Masjid Jami` Al-Yaqin adalah KH Ali Tasim yang merupakan Panglima Hizbullah Tanjungkarang pada masa penjajahan Belanda.

Media yang digunakan di Masjid Jami` Al-Yaqin adalah dengan mengadakan pengajian untuk mengumpulkan umat muslim agar dapat bersatu melawan penjajah Belanda.

Usai kemerdekaan Indonesia, Masjid Jami` Al-Yaqin kemudian menjadi pusat syiar Islam.

Bahkan, tidak jarang ulama dari luar Lampung datang untuk berceramah di masjid Jami` Al-Yaqin ini.

Renovasi besar kedua pernah dilakukan di masjid ini, yaitu pada tahun 1963, dengan dilakukan perluasan masjid secara menyeluruh dan didesain oleh arsitek dari Jerman yaitu Mr Hoffmann.

Lalu, pada tahun 1990, dilakukan renovasi kembali untuk mempercantik taman masjid ini.

Selanjutnya, pada tahun 2000, dilakukan perluasan masjid kembali dengan pembuatan tempat ibadah di ruang bawah/basement.

Tahun 2009, masjid diperluas kembali dengan penambahan ruang ibadah pada sisi utara masjid.

Tahun 2010, dilakukan pengecatan kubah masjid. Tahun 2011, dilakukan pembangunan tambahan untuk tempat wudhu laki-laki.

Pada tahun 2012, dibangun penambahan ruangan untuk penampungan air wudhu, dan pada tahun 2014, dilakukan penambahan ruangan salat pada sisi kanan kiri tempat imam masjid ini.

Tahun 2016, dilakukan perluasan ruang wudhu pria dan pemasangan keramik pada teras masjid.

Lalu, pada tahun 2017, dilakukan pembangunan gapura selamat datang di depan area masjid.

Pengurus masjid ini menegaskan bahwa semua sumber dana untuk renovasi masjid berasal dari Yayasan Masjid Jami` Al Yaqin yang mengelola berbagai sumber dana amal maupun sumbangan dari para dermawan.

Masjid Jami` Al-Yaqin dikenal sangat aktif dalam kegiatan syiar Islam, dari hari Senin sampai Minggu setiap pekannya hampir tidak ada jadwal kosong.

Secara berturut-turut jadwal pengajian rutin dari hari Senin hingga Minggu adalah pembelajaran tauhid, fikih, Yasin, tahlil, tahmid, doa, Hadis, pengajian dan pengkajian Alquran maupun fikih dan Hadis.

Kegiatan remaja Islam masjid ini, juga aktif, salah satunya adalah dengan majelis hadroh/hadrah (terbangan) secara rutin.

Masjid ini juga memiliki prestasi, yaitu pada tahun 1993 Masjid Jami` Al-Yaqin menang sebagai juara III lomba kebersihan rumah ibadah tingkat Kota Bandarlampung.

Lalu, pada tahun 2014, Risma atau Remaja Islam Masjid Jami` Al-Yaqin menang juara III lomba seni kasidah kategori remaja tingkat Kota Bandarlampung.

Kebanyakan prestasi diraih oleh Risma masjid ini dikarenakan keaktifannya dalam kegiatan syiar Islam.

Pengurus dan pengelola serta jemaah masjid ini, dengan mengusung visi misi yang optimistis, diharapkan membawa Masjid Jami` Al-Yaqin terus bertahan digunakan sebagai pusat kegiatan untuk menghimpun, membina, dan mengarahkan segenap warga Muslim di daerah sekitar masjid dalam kerja sama berlandaskan ukuwah islamiyah guna meningkatkan peran dan kualitas umat Islam demi tercapai masyarakat madani yang didambakan.

Baca juga: Jami Al Anwar, masjid tertua dan bersejarah di Lampung

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019