Sukabumi (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengingatkan agar para pekerja migran dan mereka yang ingin bekerja di luar negeri untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan.

Dengan demikian, diharapkan para pekerja migran Indonesia tidak lagi identik dengan pembantu rumah tangga (PRT) maupun pekerja kasar, kata Wakil Presiden saat memberikan sambutan dalam peringatan Hari Pekerja Migran Internasional di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa.

Peringatan Hari Pekerja Migran Internasional tersebut dihadiri seribuan lebih peserta dari berbagai kalangan. Peringatan Hari Pekerja Migran Internasional jatuh setiap 18 Desember, sebagai pengingat deklarasi ‘Konvensi Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggota Keluarganya (melalui Resolusi No. 45/158) pada 18 Desember 1990  di New York Amerika Serikat. 

Wapres mengatakan, bila ingin bekerja ke luar negeri, masyarakat tidak boleh ragu untuk meningkatkan kemampuan dengan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) maupun politeknik-politeknik lainnya. Pemerintah juga terus mendorong untuk meningkatkan kemampuan masyarakat yang akan bekerja di luar negeri sehingga tidak lagi sebagai pekerja rumah tangga maupun buruh kasar.

"Sehingga pekerja Indonesia tidak lagi identik dengan pekerja rumah tangga, tapi identik juga dengan pekerja dengan kemampuan 'skill' yang baik," kata Wapres.

Wapres mengatakan bekerja dengan ketrampilan tertentu di luar negeri selain akan memberikan pendapatan yang lebih baik juga memperkaya pengalaman. Hal ini nantinya juga dapat juga diajarkan sekembalinya dari luar negeri.

Sementara itu, gaji menjadi pekerja di luar negeri saat ini berbeda dengan masa lalu. Pendapatan bekerja di dalam negeri saat ini juga semakin baik. Hal ini seiring dengan berbagai kebijakan yang diterapkan misalnya upah minimum provinsi (UMP).

Untuk itu, Wapres mengharapkan para pekerja untuk berpikir jernih, menimbang segala resiko sebelum memutuskan pergi ke luar negeri.

Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dakhiri dalam sambutannya mengatakan saat ini terdapat 9 juta pekerja migran Indonesia yang bekerja di berbagai negara.

Menurut Hanif, pemerintah selalu berupaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pekerja yang akan pergi kenluar negeri. Mereka harus siap mental, fisik, bahasa, ketrampilan, dan mengetahui budaya di negara tujuan. Hal ini penting untuk dapt beradaptasi di negara lain.

Di sisi lain, pemerintah juga terus memperbaiki layanan kepada para pahlawan devisa tersebut. Sehingga mereka juga semakin terlindungi saat bekerja di luar negeri, katanya.

Sementara itu, usai acara, Wakil Presiden M Jusuf Kalla menyempatkan diri berbincang dengan masyarakat yang pernah menjadi pekerja migran. 

Lina Suminar (35), salah satu mantan pekerja migran dari Desa Bojong Sawah, Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, mengatakan kepada Wapres sejumlah pengalaman yang tidak mengenakan yang dirasakannya saat menjadi pembantu rumah tangga di Arab Saudi. 

Menurut Wanita yang pernah bekerja di Arab Saudi pada 2000 hingga 2002 tersebut, dirinya pernah tidak digaji oleh majikannya selama enam bulan. Selain itu dirinya juga tidak boleh keluar. Untuk itu, dirinya sudah tidak mau lagi menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri.

Baca juga: Wapres JK : pekerja migran bantu tingkatkan devisa negara
Baca juga: Wapres hadiri peringatan Hari Pekerja Migran di Sukabumi


 

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018