Jakarta (ANTARA News) - Diplomat senior Dino Patti Djalal mengatakan Indonesia dapat menggunakan peran Megawati Soekarnoputri untuk mendukung perdamaian di Semenanjung Korea.

Saat mengunjungi Korea Utara pada April 2018, Dino mengungkapkan bagaimana pemerintah dan masyarakat Korea Utara sangat menghormati dan antusias membicarakan ayah presiden kelima RI itu, yang bersahabat dengan mendiang Pemimpin Korea Utara Kim Il Sung.

"Masyarakat Korea Utara mungkin memiliki hubungan yang lebih emosional dengan ibu Mega, sebagai putri Presiden Soekarno," ujar Dino dalam sebuah diskusi mengenai situasi terkini Semenanjung Korea yang diselenggarakan Kedubes Korea Selatan dan the Habibie Center di Jakarta, Selasa.

Soekarno dan Kim Il Sung dikenal memiliki hubungan yang istimewa. 

Presiden pertama RI itu pernah menginstruksikan menyilang secara khusus anggrek dendrobium, yang kemudian diberi nama Dendrobium kimilsungia, sebagai hadiah ulang tahun untuk Kim Il Sung.

Eratnya hubungan Soekarno dan Kim Il Sung dimulai sejak 1964 ketika Proklamator Indonesia itu berkunjung resmi ke Pyongyang, yang dibalas dengan kunjungan Kim senior, dan anaknya, Kim Jong Il, ke Indonesia pada April 1965.

Selain untuk mempererat hubungan bilateral, kunjungan Kim Jong Il saat itu sekaligus untuk menghadiri peringatan 10 tahun Konferensi Asia Afrika yang pertama kali diadakan pada 1955 di Bandung.

Dino melihat sejarah hubungan baik yang telah terjalin antara pemerintah Indonesia dan Korea Utara itu sebagai aset agar Indonesia dapat lebih berkontribusi terhadap proses perdamaian di Korea Utara.

Negosiasi antara Korea Utara dan Korea Selatan, yang saat ini masih berjalan, menurut Dino, membutuhkan sentuhan pihak ketiga untuk memuluskan jalan perdamaian.

"Mengirim ibu Mega sebagai utusan khusus yang akan membawa pesan perdamaian dari Indonesia, mungkin bisa berhasil," kata mantan wakil menteri luar negeri RI itu.

Baca juga: Megawati ajak seluruh negara Asia sokong reunifikasi dua Korea

Baca juga: Megawati paparkan peran Indonesia dalam reunifikasi dua Korea di Seoul


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018