Saya juga pernah menemukan benda seperti mata tombak, tapi karena tidak mengerti sehingga saya berikan kepada rekan yang pecinta barang antik
Mataram, (ANTARA News) - Benda yang diduga batu nisan purbakala ditemukan Warga Dusun Ranjok, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, dari kedalaman sekitar lima meter di atas lahan garapan pertanian saat warga tengah menggali sumur.

Berdasarkan pantauan Antara, Senin, benda setinggi sekitar 60 centimeter itu terbuat dari batuan cadas, memiliki 6 umpak, dan di bagian bawahnya bentuk kubus. Sedangkan umpak kedua berupa lempengan pipih, ketiga lempengan tebal, dan keempat bentuk bunga teratai mekar.

Umpak kelima ditutup teratai mekar terbalik, umpak keenam teratai mekar, yang tepat di atasnya bulatan.

Mursid Fauzi (43), warga Dusun Ranjok, menyebutkan posisi benda tersebut saat ditemukan pada 2 November 2018  dalam keadaan berdiri.

"Di bagian bulatnya agak rusak setelah terkena linggis saat menggali tanah untuk sumur," kata bapak beranak empat itu.

Ia menceritakan penemuan itu berawal saat dirinya hendak membuat sumur di atas lahan tanah garapannya mengingat pascagempa warga kesulitan mendapatkan air.

Kemudian, didatangkan pekerja penggali sumur. "Penggali sumur bekerja sejak pukul 07.30 Wita. Sekitar pukul 08.30 Wita, pekerja sudah menggali sekitar lima meter," katanya.

Saat itu, kata dia, air sudah ke luar, namun untuk mendapatkan air lebih banyak digali kembali. Lalu, linggis yang digunakan menerpa batu. Selanjutnya, penggali mencoba mengambil batu itu, dan saat diangkat batu itu seperti batu nisan zaman dahulu.

"Penggali melaporkan kepada saya atas temuan itu. Saya tidak mengerti benda apa itu. Tapi informasinya merupakan batu nisan," katanya.

Kemudian dirinya mengamankan benda temuan itu.

Ia menambahkan sebenarnya dirinya tahun 2017 juga pernah menemukan mata tombak terbuat dari besi. "Saya juga pernah menemukan benda seperti mata tombak, tapi saya tidak mengerti sehingga saya berikan kepada rekan yang pecinta barang antik," katanya.

Mursid Fauzi menyebutkan berdasarkan cerita orang tua dahulu, wilayahnya itu adalah sungai tapi diurug semasa Raja Anak Agung dari Kerajaan Karang Asem Bali.

Topografi daerah itu, diapit tiga sungai yakni Kali Meninting, Kali Ampat dan Kali Asret, dan terdapat empat pura yakni Pura Gunung Agung, Pura Majapahit, Pura Indrakila, dan Pura Indraloka.

Baca juga: Menambang di Galian C tak sengaja temukan jejak Muara Takus
Baca juga: Banyak prasasti kuno rusak atau dirusak

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018