Kami para guru dan siswa sangat senang mengunjungi Museum Multatuli sehingga mengetahui sejarah Max Havelaar
Lebak, Banten (ANTARA News) - Sebanyak 1.200 pengunjung memadati Museum Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November 2018.

Para pengunjung itu terdiri atas pelajar SD, SMP dan SMA serta masyarakat.

"Kita hari ini menerima 1.200 pengunjung dari berbagai sekolah serta masyarakat," kata seorang pegawai Museum Multatuli Rangkasbitung, Nur(30) di Lebak, Sabtu.

Pada peringatan Hari Pahlawan itu, para pelajar ingin mengetahui sejarah Multatuli yang membawa kesengsaraan bagi masyarakat Kabupaten Lebak akibat pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, di mana terjadi pengalaman pahit di mana warga pribumi kala itu dilakukan pemerasan hingga dikenakan pajak cukup tinggi oleh mandor dan bupati setempat.

"Mereka yang berkunjung tentu ingin mengetahui bagaimana proses perjuangan para pahlawan di Kabupaten Lebak," kata Nur.

Pengunjung Museum Multatuli Rangkasbitung itu adalah pelajar SD Negeri 01 Asem Kecamatan Cibadak, SMP 1 Jawilan Serang, dan SMA asal Tangerang.

Para pelajar melihat koleksi buku asli Max Havelaar, juga berbagai barang peninggalan pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda.

Dalam sejarah Multatuli karya buku Max Havelaar sudah terkenal di dunia sebagai perjuangan keadilan Hak Asasi Manusi (HAM).

Menurut Nur, perjuangan orang Lebak dulu untuk mendapatkan keadilan dari kolonial tidak lepas dari peran Max Havelaar alias Multatuli.

"Meski Max Havelaar adalah orang kolonial, tetapi ia berani mengkritik pemerintah Belanda guna membela rakyat yang tidak bersalah," katanya.

Baca juga: Multatuli simbol perjuangan bangsa Indonesia

Sementara itu, seorang guru SDN 01 Asem Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, Imas (47) mengatakan, siswanya sangat antusias mengikuti kunjungan ke Museum Multatuli Rangkasbitung.

"Kami para guru dan siswa sangat senang mengunjungi Museum Multatuli sehingga mengetahui sejarah Max Havelaar," katanya.
 
Buku Max Havelaar karangan Edward Douwes Dekker yang mengisahkan penjajahan Belanda di Banten, menjadi salah satu bacaan wajib siswa di Belgia (istimewa)


Fasilitas yang terdapat di Museum Multatuli, menurutnya, sangat lengkap seperti adanya kantin, ruang tunggu, ruang diskusi, ruang baca, bahkan ruang untuk berfoto-foto.

Ia mengatakan kunjungan para siswanya ke museum guna mengingatkan dan menghormati perjuangan para pahlawan.

"Kita khawatir jika ke depannya siswa tidak mengingat lagi perjuangan para pahlawan, karena itu kami mengajak siswa untuk mengunjungi musuem serta perpustakaan," katanya.
 

Ia berharap siswa-siswinya bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air dan NKRI.

"Saya sebagai guru berharap peran orang tua bisa mengamalkan dan mengajari anaknya tentang norma-norma yang terdapat pada Pancasila, agar dapat menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan NKRI," demikian Imas.

Baca juga: Museum Multatuli Rangkasbitung mendapat apresiasi
Baca juga: Lebak akan datangkan 34 artefak Multatuli dari Belanda

Pewarta: Mansyur
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018