Jayapura (ANTARA News) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, mengajak para pemangku kepentingan di Papua dan Papua Barat untuk melindungi dan melestarikan bahasa daerah yang ada di kedua provinsi itu.

"Saya bisa simpulkan bahwa ini suatu momentum yang sangat strategis untuk mempersiapkan tanah Papua melindungi bahasa daerahnya agar tidak punah," katanya usai membuka seminar sehari perencanaan perlindungan bahasa daerah di Grand Abe Hotel, Kota Jayapura, Papua, Selasa.

Seminar yang merupakan kerja sama antara Balai Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jakarta, Universitas Cenderawasih dan Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat dengan mengusung tema "Membangun Papua melalui pendidikan bahasa dan sastra daerah di Tanah Papua", menurut Yohana Yembise, merupakan  langkah kongkrit dalam melindungi bahasa daerah di Bumi Cenderawasih.

"Melindungi bahasa-bahasa daerah di Papua ini sudah menjadi prioritas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau prioritas negara. Selama ini jarang kita angkat, jarang kita melibatkan pusat untuk berdiskusi  bahasa yang ada di tanah Papua," katanya.

Dia mendekati dan mengajak Mendikbud, terkait bulan bahasa pada Oktober ini, bersama-sama ke Papua untuk mengajar para akademisi dan ilmu bahasa di tanah ini termasuk dengan pemerintah daerah untuk mengangkat kembali bahasa lokal.

Menurut dia, bahasa lokal semakin hari terancam punah dengan adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan termasuk globalisasi.

Pada momentum itu, Yohana Yembise mengaku belum mengetahui secara pasti berapa jumlah bahasa daerah yang telah punah, khususnya di Papua.

"Saya belum tahu karena tadi saya katakan, karena saya empat tahun terakhir ini berkecimpung pada bidang perempuan dan anak, dan baru tadi saya mencatat ada 369 bahasa yang ada di tanah Papua dan seluruh Indonesia ada 668 bahasa daerah," katanya.

Dia belum bisa pastikan berapa bahasa daerah yang punah, namun sudah saatnya menjaga dan lestarikan bahasa daerah supaya jangan sampai punah .

Pelestarian bahasa daerah, kata dia, bisa dilakukan dengan penelitian di lapangan hingga mengajarkan di sekolah-sekolah dalam kurikulum muatan lokal kepada para pelajar.

"Apakah melalui penelitian-penelitian atau pun bahan-bahan ajar yang bisa dipakai di sekolah lewat muatan-muatan lokal atau pun mungkin bisa memasukkan budaya yang ada di Papua ini ke dalam kurikulum yang berlaku," katanya.

Dia menilai Otsus harus memiliki keberpihakan dalam melindungai bahasa di Tanah Papua dan adat istiadat.

Seminar bahasa itu dibuka resmi dan dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari sejumlah instansi terkait di Papua.*

Baca juga: Majelis Rakyat Papua agendakan wawancara cagub dengan bahasa daerah

 

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018