Potensi kebun kelapa sawit di Indonesia sekitar 14 juta hektare sangat mendukung perkembangan populasi sapi nasional.
Jakarta (ANTARA News) - Hasil uji coba integrasi ternak sapi di kebun sawit yang dibarengi oleh pemanfaatan teknologi pakan limbah sawit buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil meningkatkan produksi sapi.

"Program kami di Riau berjalan dengan sukses, dengan bantuan 150 ekor sapi yang digembalakan di lahan sawit bobotnya naik 0,8 kilogram per hari lebih cepat dari pakan biasa," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Soni Solistia Wirawan di Jakarta, Jumat.

Soni dalam diskusi tentang percepatan program integrasi sawit sapi dalam mendukung swasembada protein nasional menjelaskan, sapi-sapi tersebut digembalakan di lahan sawit dengan memanfaatkan pakan dari limbah sawit berupa pelepah daun dan dahan kelapa sawit, limbah bungkil sawit dan solid decanter.

Pakan tersebut diintegrasikan dengan teknologi yang dikembangkan BPPT serta memanfaatkan sistem teknologi informasi dan dicatat dalam data serta menggunakan GPS.

"Ini sudah dirasakan manfaatnya dan menjadi percontohan dari berbagai daerah," katanya.

Program integrasi sawit sapi telah dimulai sejak 2002-2003 namun masih ada pihak yang enggan menerapkannya.

Kepala Pusat Balitbang Kementerian Pertanian Atien Priyanti mengatakan Kementerian Pertanian sudah lama melakukan pengkajian integrasi sawit sapi tapi disesalkan proses diseminasinya sangat lambat.

Lebih lanjut dia mengatakan, Kementan menyasar petani pekebun atau plasma yang sudah diuji coba di tiga daerah yaitu di Sumatera Selatan, Riau dan kalimantan Timur.

"Kita meningkatkan perekonomian mereka melalui bantuan sapi dan ini sukses. Bahkan ada beberapa pemda yang merespon dengan aturan pembukaan lahan sawit harus integrasi dengan sapi," tambah dia.

Daging sapi merupakan komoditas potensial yang menyumbang 18 persen terhadap konsumsi daging nasional.

Selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari tiga sumber yakni sapi lokal, sapi impor dan daging impor.

Namun permintaan daging sapi yang terus meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan produksi daging sapi dalam negeri sehingga ketersediaan daging sapi secara nasional masih kurang.

Pada 2017 total konsumsi daging sapi Indonesia diperkirakan mencapai 720.225 ton, dengan perhitungan bahwa jumlah penduduk sebesar 261.900.000 orang dan konsumsi daging sapi sebesar 2,75 kg/kapita/tahun.

Padahal produksi daging sapi dalam negeri hanya mencapai 437.300 ton. Oleh karena itu untuk menutup kebutuhan daging sapi harus diimpor sebesar 282.925 ton.

Untuk itu, setidaknya Indonesia harus mengimpor sebanyak 707.000 ekor sapi bakalan atau setara dengan produksi 141.463 ton daging sapi.

Karena itu salah satu upaya meningkatkan produksi daging sapi adalah pengembangan ternak sapi melalui integrasi sawit sapi.

Integrasi sawit-sapi merupakan multiplier effects dari perkebunan kelapa sawit di mana potensi lahan perkebunan dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber pakan dan tempat penggembalaan bagi ternak sapi potong.

Potensi kebun kelapa sawit di Indonesia sekitar 14 juta hektare sangat mendukung perkembangan populasi sapi nasional melalui program integrasi sawit sapi.

Perkebunan sawit mempunyai potensi yang sangat besar dalam penyediaan pakan yang murah dan mudah berupa pelepah daun dan dahan kelapa sawit, limbah bungkil sawit dan solid decanter yang dapat didayagunakan menjadi pakan ternak yang berkualitas, ujar dia.

Baca juga: BPPT: integrasi sapi-sawit dukung pemenuhan daging nasional
Baca juga: Deptan Siapkan Rp2,7 Miliar untuk Ternak Sapi di Kebun Sawit


 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018