Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah Jumat pagi melemah 32 poin menjadi Rp9.390/9.395 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.358/9.380 per dolar AS. "Rupiah masih sulit untuk terus menguat, karena pelaku lokal masih khawatir dengan krisis gagal bayar perumahan di AS, sehingga mereka kembali membeli dolar AS," kata Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, para pelaku pasar khawatir kasus "subprime mortgage" itu akan menekan pertumbuhan ekonomi AS yang merupakan pasar ekspor utama negara-negara Asia. Kalau pertumbuhan ekonomi AS melambat, maka akan berdampak negatif bagi negara-negara yang produknya diekspor ke Amerika Serikat, katanya. Noel Chandra mengatakan tekanan pasar seperti melemahnya pasar saham regional akibat memburuknya bursa Wall Street merupakan faktor utama yang menekan rupiah, meski yen terhadap dolar AS stabil. Dolar AS terhadap yen stabil pada 116,20 dan euro melemah jadi 157,50 dari sebelumnya 157,60 dan euro terhadap dolar AS jadi 1,3560. Kasus subprime mortgage, lanjut dia, masih berpengaruh negatif terhadap pasar uang belum mereda sewaktu-waktu bisa kembali bereaksi, bahkan Amerika diperkirakan akan memasuki masa resesi. Karena itu, pergerakan rupiah pada pekan ini akan masih berkisar antara Rp9.350 hingga Rp9.400 per dolar AS, ucapnya. Untuk itu, menurut dia, pemerintah dan departemen terkait seperti Departemen Keuangan dan BI harus terus melakukan koordinasi untuk memantau dan segera mengatasinya, apabila kasus subprime mortgage maupun kasus lainnya menggoncang ekonomi. "Kami optimis pemerintah sebenarnya sudah mempersiapkan berbagai upaya untuk dapat memberikan hal yang terbaik bagi pergerakan rupiah," katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007