Sangat disayangkan karena dramatisasi persoalan itu justru digemakan oleh mereka yang berstatus elit politik atau tokoh masyarakat


Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan elit politik agar menghindari pernyataan dramatisasi kemiskinan yang dinilai menyesatkan pemahaman publik maupun pernyataan yang bertendesi mengejek negara dan bangsanya sendiri.‎

"Tidak benar jika ada yang mengatakan Indonesia sebagai bangsa yang bodoh, Indonesia dalam kondisi kritis. Jangan begitu saja percaya jika ada yang mengatakan hampir 50 persen penduduk Indonesia terperangkap dalam kemiskinan," kata Bambang Soesatyo di Jakarta, Senin.

Bambang Soesatyo yang akrab disapa Bamsoet meminta para tokoh dan elit politik tidak membuat pernyataan-pernyataan bertendesi mengejek dan menyesatkan pemahaman publik.

Politisi Partai Golkar itu tidak menyebutkan siapa elit politik yang dimaksudkan. Namun dalam beberapa dua pekan ini, muncul perdebatan di media sosial yang dipicu pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono bahwa ada 100 juta warga Indonesia yang miskin di era Jokowi-JK. Sementara jumlah penduduk Indonesia saja hanya sekitar 200 jutaan.

"Tokoh masyarakat sebaiknya menghindari membuat pernyataan yang dapat menyesatkan pemahaman publik maupun yang bertendesi mengejek negara dan bangsanya sendiri," katanya.

‎Menurut Bamsoet, esensi pernyataan soal kemiskinan kritis demikian tidak benar dan cenderung menyesatkan pemahaman masyarakat karena tidak didukung data kekinian yang bersumber dari institusi negara.

"Tidak bisa dibantah bahwa  Indonesia masih dan terus menghadapi sejumlah persoalan. Persoalan itu juga dihadapi oleh bangsa lain," katanya.

Bamsoet mencontohkan, pimpinan DPR RI tidak menutup mata terhadap fakta tentang depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) serta tidak perlu dibantah juga bahwa utang Indonesia kepada luar negeri bertambah.

"Masih ada warga yang hidup dalam kemiskinan, jutaan angkatan kerja masih berstatus pengangguran terbuka, harga kebutuhan pokok fluktuatif karena ulah spekulan serta korupsi pun masih marak," katanya.

Namun, kata Bamsoet menegaskan, tidak berarti persoalan bangsa itu mencerminkan Indonesia sebagai bangsa yang bodoh atau sakit. Persoalan yang sudah ada sejak pemerintahan sebelumnya ini tidak menyebabkan Indonesia dalam kondisi kritis sehingga diasumsikan hampir 50 persen penduduknya dalam kemiskinan.

"Sangat disayangkan karena dramatisasi persoalan itu justru digemakan oleh mereka yang berstatus elit politik atau tokoh masyarakat," kata Bamsoet.

Mantan ketua Komisi III DPR RI ini menambahkan, emerintah pasti membutuhkan kritik, tapi kritik tersebut hendaknya didukung data yang akurat dan fokus pada persoalan atau kebijakan.

Baca juga: DPR dorong K/L segera bersinergi bantu korban bencana
Baca juga: Alasan DPR terus dukung kebijakan anggaran pemerintah

 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018