Surabaya (ANTARA News) - Pengamat sosiolog politik asal Universitas Negeri Surabaya Agus Mahfudz Fauzi mengharapakan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan bertarung di Pilkada Jatim 2018 siap menang dan siap kalah usai debat pamungkas, Sabtu malam.

"Kalau menang nomor satu maka nomor dua harus mengakui, begitu juga sebaliknya, jika menang nomor dua maka nomor satu menerimanya," ujarnya ketika ditemui usai menyaksikan langsung debat publik ketiga di Dyandra Convention Center Surabaya.

Menurut dia, pada debat mulai segmen awal hingga segmen statemen penutup, ia melihat pasangan nomor satu Khofifah Indar Parawansa-Emil Derdak memiliki optimistis luar biasa untuk menjadi pemenang dan seakan-akan tidak bisa terima untuk menjadi kalah.

Sedangkan, kata dia, pasangan nomor dua Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno lebih menunjukkan siap menang dan siap kalah.

"Semoga forum terakhir ini menjadikan kedua pasangan siap menang dan siap kalah. Sehingga debat ini sebagai akhir dari proses mereka berinteraksi dalam masa kampanye," ucap akademisi yang pernah menjabat komisioner KPU Jatim tersebut.

Sementara itu, terkait evaluasi debat ketiga, ia melihat materinya sudah sangat bagus, tapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kurang menggigit sehingga jawaban masih banyak yang kurang sesuai dengan tema utama, yaitu peningkatan pelayanan pulik.

Ia mengakui jawaban-jawaban oleh kedua pasangan telah disampaikan pada debat pertama dan kedua, meski bukan dalam tema pelayanan publik.

Evaluasi berikutnya, lanjut dia, posisi kedua pasangan belum memposisikan sebagai calon Gubernur yang sudah jadi sehingga masih sama-sama mengunggulkan prestasi masing-masing selama menjabat sebelumnya.

"Mayoritas masih mengunggulkan apa yang telah diperbuat saat jadi menteri, bupati, wakil gubernur maupun anggota dewan," ucapnya.

Selain itu, pada debat ketiga ia melihat cara untuk saling menjatuhkan tidak seperti dua debat publik sebelumnya karena kalimat-kalimat yang ditampilkan sifatnya menukik, tapi tidak menjatuhkan.

"Namun, yang perlu diingat, masyarakat tidak melihat proses saling menjatuhkan tersebut, melainkan bagaimana cara pasangan calon menjawabnya," tuturnya.

Tema debat terakhir ini adalah Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik dengan menghadirkan empat panelis, yakni Biyanto asal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Dian Fericha asal IAIN Tulungagung, Andy F Wijaya dari Universitas Brawijaya Malang dan Kris Nugroho dari Universitas Airlangga Surabaya.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018