Banjarmasin (ANTARA News) - Kalimantan Selatan akan berusaha melestarikan "maharawin" (durian hutan) serta mengembangkan "mantuala" (perkawinan durian dengan pepaken) yang merupakan jenis hortikultura khas daerah atau Kalimantan.

Kepala Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Balai Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Banjarbaru A Samsir Alam mengemukan itu di sela-sela penilaian perkantoran jajaran pemerintah provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarbaru, Rabu.

"Apalagi maharawin berhasil merebut juara dalam kontes nasional jenis buah durian belum lama ini," ujarnya menjawab Antara Kalsel yang menyertai Tim Penilai Perkantoran Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) jajaran Pemprov tersebut.

Sementara maharawin atau jenis durian hutan itu termasuk sumber daya genetik lokal (SDGL) tergolong langka, dan bahkan terancam punah, lanjutnya mewakili kepala balai tersebut yang sedang tugas luar.

Maharawin itu juga berbentuk seperti durian, kecuali rasa daging buah tersebut lebih manis serta aroma tidak menyengat (keras) sebagaimana halnya durian.

"Jadi betul kalau ada yang menyebut maharawin durian unggulan Kalsel masa depan, karena keterkenalannya sudah mulai menyeruak," tuturnya.

Kelangkaan atau terancam punahnya maharawin itu karena perambahan hutan dan menjadikan pohon/kayu tersebut sebagai bahan bangunan.

Sedangkan mantuala pembudidayaan di Kalsel sejak awal tahun 2000-an oleh warga masyarakat daerah hulu sungai atau "Banua Anam" provinsi tersebut, yaitu Kabupaten Tabalong dan Balangan.

"Kita berharap pengembangan mantuala tersebut menuai sukses besar, sehingga bukan saja menambah jenis SDGL Kalsel, tetapi juga menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat," demikian Samsir Alam.

Pewarta: Sukarli
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018