Mataram (ANTARA News) - Wakil Ketua DPW PPP Nusa Tenggara Barat TGH Hazmi Hamzar menilai peluang Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) maju sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019 sangat tipis.

"Sangat sulit peluangnya maju dalam panggung bursa pencalonan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) pada Pemilu 2019," kata Hazmi Hamzar di Mataram, Jumat.

Menurutnya, ada sejumlah alasan mengapa peluang Gubernur NTB dua periode itu, sulit maju sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019. Salah satunya, TGB harus mendapat dukungan partai politik. Sementara, diketahui posisi TGB saat ini bukan Ketua Umum Partai, meski sejatinya dirinya adalah kader Partai Demokrat.

"Di Demokrat pun dia bukan posisi pengambil keputusan di partai, sehingga untuk menuju pentas Capres dan Cawapres akan kesulitan," ujarnya.

Selain itu, ujar anggota Komisi II DPRD NTB itu, TGB dinilai kurang bersilaturahmi dengan para tokoh-tokoh yang ada di provinsi NTB, di antaranya tokoh agama (toga), tokoh masyarakat (tomas) dan tokoh lintas etnis yang sampai sekarang belum dilakukannya hingga kini. Padahal, sikap silaturahami antar kelompok tersebut sangat penting untuk dibangun dengan kuat, sehingga ada penilaian dari elit nasional.

"Makanya jika belum ada niatan melakukan dan mengumpulkan hal itu, mustahil para tokoh-tokoh nasional yang ada di Jakarta akan meliriknya maju ke pentas yang lebih tinggi," tegas Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Maraqitta`limat, Lombok Timur (Lotim) itu.

Ia menegaskan, selama ini para tokoh-tokoh nasional yang telah memiliki nama besar di kancah nasional, umumnya tidak pernah putus melakukan silaturahmi dengan para tokoh-tokoh di daerahnya.

Apalagi, ujar Hazmi, dukungan dari tokoh lokal akan sangat penting dimiliki oleh siapapun sebagai modal dasar mereka meraih simpati dari elit nasional.

"Ingat, tokoh-tokoh daerah dari berbagai ormas punya jaringan dan cantolan di pusat, jadi jika komunikasi yang dibangun terputus di daerah, sudah barang tentu akan sulit bisa menapaki peta perpolitikan nasional," ucapnya.

Meski demikian, Hazmi tidak memungkiri manakala banyak para tokoh nasional lahir, justru dari daerah asalnya terlebih dahulu. Sebab, hal itu menjadi prasyarat agar bisa dilirik oleh petinggi parpol. Selanjutnya akan bisa diukur elektabilitas dan kemampuan finansialnya.

Politisi PPP NTB itu mencontohkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak awal, ia sangat pandai dalam membangun keharmonisan dan dialog dengan para tokoh ormas yang ada di wilayahnya, di antaranya Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU). Sehingga, hal tersebut memudahkan langkah Jokowi melenggang ke level lebih tinggi.

Ia menambahkan, apa yang diutarakannya tersebut bukan tidak mau mendukung Gubernur NTB maju ke level nasional. Tapi, kalkulasi dukungan tokoh-tokoh lintas agama, seyognya juga harus dipertimbangkan dan dikaji cermat berapa banyaknya yang sudah menyatakan siap mendukung pencalonannya hingga kini.

"Ini perlu kita suarakan, agar tidak ada kekecewaan berlebihan kedepannya," tegas anggota Komisi V DPRD NTB tersebut.

Karena hal itu, Hazmi Hamzar, menyarankan sebaiknya jika ingin fokus bermain di level pusat, maka Gubernur Tuan Guru Bajang (TGB) harus mulai mendekati tokoh-tokoh yang berkarakter pemimpin Islam, namun ia memiliki kendaraan politik.

"Kita dorong berani sowan ke Romahurmuziy selaku Ketua DPP PPP dan bila perlu menemui Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, karena jika pendekatan itu tidak dilakukan, maka langkahnya maju ke level pusat akan sia-sia dan sulit bisa diwujudkan," tandasnya.

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018