Ada keyakinan dari umat Buddha bahwa jika `chattra` tidak dipasang maka do`a yang dipanjatkan tidak `mustajab` (terkabul)."
Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Konservasi Borobudur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko menggelar focus group discussion di Yogyakarta, Jumat, ihwal rencana pemasangan kembali struktur "chattra" pada stupa induk Candi Borobudur.

Kepala Balai Konservasi Borobudur Tri Hartono mengemukakan kajian ilmiah medesak dilakukan mengingat adanya desakan dari umat Buddha baik di Indonesia maupun dunia untuk memasang chattra pada stupa induk Candi Borobudur.

"Ada keyakinan dari umat Buddha bahwa jika `chattra` tidak dipasang maka do`a yang dipanjatkan tidak `mustajab` (terkabul)," kata Tri di sela FGD yang dihadiri para arkeolog itu.

Menurut Tri, kendati banyak desakan, kajian ilmiah dengan penuh kahati-hatian perlu dilakukan sebelum memutuskan pemasangan chattra. Pasalnya Candi Borobudur merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa pelestarian cagar budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.

"Kalau hasil kajian menyatakan tidak bisa dipasang lalu kita memaksakan memasang dan justru menjadikan kerusakan pada stupa candi, otomatis ancaman pidana sudah ada," kata dia.

Chattra diklaim sejumlah pihak sebagai bagian dari struktur inti dari stupa induk Candi Borobudur.

Struktur chattra pernah dicoba untuk direka ulang pada waktu pemugaran Candi Borobudur oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1907-1911.

Pada waktu itu, Theodoor van Erp, seorang insinyur Belanda yang ditugaskan memimpin proyek pemugaran, melakukan rekonstrusi berdasarkan analisisnya terhadap blok-blok batu yang masih dapat ditemukan dan kemungkinan merupakan bagian dari stuktur penyusun chattra.

Akan tetapi, setelah direkonstuksi dan dipasang di atas stupa induk candi, struktur itu segera diturunkan kembali karena masih menjadi perdebatan. Perdebatan yang terjadi mempertanyakan apakah benar Candi Borobudur aslinya memiliki stuktur chattra, dan apabila asumsi itu benar, bentuk asli chattra seperti apa.

Menurut Tri, chattra hasil rekonstruksi van Erp saat ini masih disimpan di Museum Borobudur, yang terletak di dalam kompleks taman wisata Candi Borobudur. Chattra hasil rekonstruksi van Erp berbentuk payung yang terdiri atas 15 lapis batu.

Dari 15 lapis batu penyusun chattra tersebut, tujuh di antaranya merupakan batuan lama dan tujuh lainnya merupakan tambalan batu baru. "Tujuh batu lainnya (batuan lama) sampai sekarang belum ditemukan," kata dia.

Tri mengatakan kajian akan dilakukan selama Februari hingga Maret. Jika hasil kajian menguatkan pemasangan chattra, maka ditargetkan peresmian pemasangan chattra pada stupa induk Candi Borobudur dilakukan pada Mei 2018.

Sementara itu, Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Prof. Mundarjito yang hadir dalam FGD itu mengaku masih meragukan keberadaan chattra sebab hingga saat ini belum ada data otentik yang menyebutkan chattra merupakan struktur inti dari stupa induk Candi Borobudur. Ia juga berpandangan bahwa pemasangan chattra bukan suatu hal yang mendesak. "Saya sendiri merasa tidak yakin. Kalau tidak tahu persis mendingan jangan," kata dia yang pernah terlibat dalam pemugaran Candi Borobudur.

Meski demikian, menurut dia, pemasangan chattra harus diputuskan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan intepretasi ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. "Karena semua memang intepretasi tidak ada yang pasti," kata dia.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018