Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, memberangkatkan 206 personel Satuan Tugas kKesehatan TNI ke Timika, Papua dan Papua Barat untuk membantu mengatasi gizi buruk dan kejadian luar biasa campak di provinsi paling timur Indonesia itu. 

Satuan tugas ini adalah gabungan dari ketiga matra TNI dan akan bertugas selama sembilan bulan.

"Kita, prajurit TNI sebagai bagian komponen bangsa dan tentara rakyat memiliki kewajiban moral dan profesional untuk membantu saudara kita yang mengalami musibah," kata dia, dalam amanatnya pada pemberangkatan Satuan Tugas Kesehatan TNI, di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis.

Mereka berangkat secara bertahap, pemberangkatan Kamis ini menggunakan pesawat angkut CN-295 dari Skuadron Udara 2 TNI AU. Sementara pada Jumat (26/1) akan menggunakan pesawat C-130 Hercules.

Tjahjanto mengatakan, pembentukan Satuan Tugas Kesehatan TNI berdasarkan perintah Presiden Joko Widodo yang segera untuk diberangkatkan untuk melaksanakan tugas mulia ini.

"Prajurit yang tergabung dalam Satgaskes ini akan melaksanakan tugasnya selama 270 hari atau sembilan bulan di Papua dan Papua Barat untuk melaksanakan operasi militer selain perang," kata dia.

Dia menyadari pembentukan Satuan Tugas Kesehatan TNI ini sangat cepat mengingat situasi di Asmat, Papua sudah terjadi KLB penyakit campak dan gizi buruk.

"Ketika kita mendapatkan informasi terjadi KLB campak dan adanya gizi buruk di Asmat, kita langsung mengirim tim pendahulu yang disertai dengan dokter, tenaga medis serta obat-obatan," ucapnya.

Dia pun memberikan penekanan kepada seluruh prajurit yang akan berangkat ke Papua untuk melaksanakan tugas ini dengan penuh semangat dan keikhlasan serta profesionalisme yang tinggi.

"Tugas ini merupakan tugas mulia dan merupakan suatu bentuk amalan yang insya Allah mendapat ridho dari Allah SWT," kata dia.

Tjahjanto meminta kepada komandan Satgas agar melaksanakan koordinasi yang ketat dengan satuan-satuan lainnya yang sudah tergelar di wilayah operasi.

"Lakukan perkiraan cepat terhadap situasi yang terjadi dan segera ambil berbagai langkah yang diperlukan untuk membantu menanggulangi musibah yang terjadi di wilayah operasi," jelasnya.

Selain itu, komandan satuan tugas agar melakukan koordinasi ketat dengan instansi samping, baik sipil maupun Polri, agar dicapai sinergi upaya yang baik dalam rangka mempercepat mitigasi permasalahan gizi Buruk dan KLB Campak.

"Perlu saya ingatkan, kehadiran kita dan instansi lain yang terutama adalah demi membantu saudara-saudara kita yang tertimpa kemalangan dan bukan untuk mencari panggung pencitraan," kata dia.

Dia mengimbau komandan Satuan Tugas Kesehatan memperhatikan rantai komando dan kendali pasukan secara efektif dan sesuai dengan SOP yang berlaku.

"Perhatikan faktor kerawanan setempat demi menjaga keamanan, baik untuk personel, materiil maupun bahan keterangan yang dibawa ke daerah operasi. Jangan sampai kehadiran kita yang seharusnya memberikan bantuan, justru menimbulkan masalah baru," imbaunya.

Dia juga memerintahkan kepada seluruh Satuan Tugas Kesehatan TNI yang terlibat untuk secara peka memperhatikan adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku di wilayah setempat.

"Lakukan adaptasi secara cepat dengan berkoordinasi dengan aparat teritorial, termasuk tokoh masyarakat dan tokoh adat setempat. Perlu diperhatikan bahwa niat baik kita yang tulus sekalipun belum tentu dapat diterima, jika disampaikan melalui cara-cara yang kurang tepat," kata Tjahjanto.

Satuan Tugas Kesehatan TNI dipimpin Letnan Kolonel CKM dr Shohibul Hilmi SpOT (komandan Batalion Kesehatan Divisi Infantri 2 Kostrad) terbagi dalam kelompok Markas Komando Satuan Tugas, Seksi Markas, Tim Analisis, Tim Pemeliharaan dan Pencegahan, Tim Evakuasi, Tim Pelayanan Kesehatan, dan Peleton Pengawal.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018