... dokter A memeriksa nilainya bagus, dokter B memeriksa kok nilainya jelek, siapa yang tidak benar? Apakah dokter A atau dokter B? Atau memang kenyataannya tidak benar. Ini nanti akan ditemukan...
Bandung (ANTARA News) - Markas Besar Kepolisian Indonesi disebut akan meninjau dan menyelidiki seluruh proses penerimaan calon taruna Akademi Kepolisian dari Jawa Barat dengan membawa bukti hasil penilaian. Belakangan merebak kekisruhan proses seleksi dari Jawa Barat ini.

"Kami membawa semua hasil-hasil nilai yang sudah di peroleh, terutama nilai yang sampai tingkat terakhir," ujar Asisten Kepala SDM Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Polisi Arief Sulistyanto, di Markas Polda Jawa Barat, Sabtu.

Proses seleksi penerimaan taruna Akademi Kepolisian dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang dari tingkat daerah oleh masing-masing kepolisian daerah melalui panitia seleksi daerah.

Berbagai hal diteliti, diuji, dan ditelusuri, mulai dari aspek administratif, kesemaptaan jasmani dan performa fisik, intelektualitas, mental-ideologi, psikologi, kesehatan, dan lain-lain. Jika lolos di tingkat daerah maka para calon taruna masih harus menjalani seleksi menyeluruh di tingkat nasional.

Sampai kini masih berlaku bahwa mekanisme siapapun putra dan putri Indonesia boleh melamar menuju Akademi Kepolisian di semua panitia seleksi daerah, tanpa memandang asal-usul kelahiran dan sebagainya.

Dia mengatakan, seluruh data nilai itu akan dibawa ke Jakarta dan akan diverifikasi dari pemeriksaan kesehatan pertama hingga ada keputusan panitia daerah yang mengadakan pemeriksaan ulang kesehatan, yang membuat para orangtua calon taruna Akademi Kepolisian itu marah.

"Mulai pemeriksaan satu yang gugur siapa yang lanjut siapa, yang lolos siapa itu ada keputusannya. Semua keputusan kami kumpulkan semuanya. Termasuk keputusan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ulang bagaimana hasilnya. Kenapa pada waktu pemeriksaan kesehatan pertama nilainya bagus, (kemudian) pemeriksaan kesehatan kedua tidak bagus," kata dia.

Dari seluruh hasil penilaian, Markas Besar Kepolisian Indonesia juga akan memverifikasi dokter yang melakukan pemeriksaan. Terlebih karena ada kejanggalan perbedaan nilai dari pemeriksaan kesehatan pertama dengan pemeriksaan kesehatan ulang.

"Ini nanti akan kami verifikasi dengan dokter yang melakukan pemeriksaan. Ini dokter A memeriksa nilainya bagus, dokter B memeriksa kok nilainya jelek, siapa yang tidak benar? Apakah dokter A atau dokter B? Atau memang kenyataannya tidak benar. Ini nanti akan ditemukan," kata dia.

Menurut dia, pemeriksaan tidak akan melibatkan Kepala Polda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan, maupun panitia seleksi daerah.

Markas Besar Kepolisian menurunkan langsung tim dari Jakarta ke Polda Jawa Barat untuk membantu dan membereskan kekisruhan.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017