Semarang (NTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir mengingatkan paham radikal dimungkinkan masuk ke dalam kampus seiring dengan globalisasi.

"Kami hanya melihat saja. Tetapi potensi ke depan dimungkinkan radikalisme masuk karena sistem globalisasi. Sebabnya, terjadi globalisasi informasi," katanya di Semarang, Jumat.

Hal tersebut diungkapkannya usai menyampaikan kuliah umum di Auditorium Universitas Negeri Semarang (Unnes) menyambut dies natalis ke-52 universitas berjuluk konservasi itu.

Nasir mengatakan informasi yang bisa diakses sedemikian mudahnya secara global memang memungkinkan paham radikal masuk ke berbagai sistem persendian, termasuk kampus.

"Maka dari itu, saya akan jaga. Kampus harus terhindar dari radikalisme. Kampus harus betul-betul menjadi tempat menempa ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan membangun negeri ini," katanya.

Di sisi lain, mantan Rektor terpilih Universitas Diponegoro Semarang (Undip) itu mengharapkan mahasiswa harus memiliki pola pikir yang positif untuk meningkatkan kualitas dan mutu.

"Bagaimana membangun universitas ke depan semakin berkualitas, misalnya Unnes bagaimana ke depan menjadi universitas berkelas dunia. Radikalisme harus ditinggalkan, sudah tidak ada waktunya lagi," katanya.

Secara lebih jauh, kata dia, mahasiswa harus berperan membangun negeri agar mampu bersaing dalam dunia internasional.

"Jangan sampai berpikir untuk kelompok masing-masing. Faksi-faksi ini harus ditinggalkan. Bagaimana membangun negeri, bagaimana bisa bersaing," katanya.

Kemudian, Nasir mengatakan rasa toleransi harus ditumbuhkan di antara sesama agar tidak ada lagi paham-paham semacam radikalisme, apalagi terorisme.

"Harus toleransi apapun agamanya, apapun alirannya, apapun makanannya. Semua adalah satu," pungkas Menristekdikti.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017