Jakarta (ANTARA News) - Fotografer  yang memotret seorang penembak Turki yang berdiri di sebelah tubuh duta besar Rusia mengingat detik-detik penembakan tersebut dan alasannya menghadiri acara tersebut meski sebenarnya tidak ditugaskan oleh kantor."Memutuskan untuk datang hanya karena itu searah jalan pulang dari kantor Ankara," tulis Burhan Ozbilici, fotografer Associated Press, dalam esai. 

Foto Mevlut Mert Altintas bersama mayat duta besar yang dipotretnya kemudian memenuhi halaman depan surat kabar terkemuka di berbagai negara, termasuk The New York Times, The Wall Street Journal dan New York Post.

Fotonya brutal namun sederhana, Altintas (22) seorang polisi Turki, terlihat mengenakan setelan jas berwarna gelap sembari memegang pistol dan berteriak. Tubuh Andrei Karlov, target sekaligus duta besar Rusia untuk Turki, terlihat terbujur kaku di lantai. Sekitarnya terlihat putih dan steril, baik itu dinding maupun lantainya. Tidak terlihat ada bercak darah sedikit pun.

"Jangan lupa Aleppo, jangan lupa Aleppo. Mereka yang ambil bagian dalam nggak kejahatan ini akan terkena balasannya, satu demi satu," dia berteriak, seperti dilaporkan beberapa saat kemudian.

Video detik-detik sebelum penembakan menunjukkan Altintas tersembunyi di belakang Karlov di depan pameran yang berjudul From Kainingrad to Kamchatka, from the eyes of travelers."  Altintas terlihat tenang ----dan saat Karlov berbicara-- dia bergerak ke kanan. Altintas masih terlihat di dalam frame, dia kemudian mengeluarkan mengeluarkan pistol kecil dari balik jasnya. 

Kemudian dia menembak. Karlov yang ditembak beberapa kali pun jatuh. Para penonton yang ketakutan berlari untuk menyelamatkan diri, sebagian menemukan pelindung dan sisanya berlindung di balik meja. 

Namun Ozbilici berhasil memotret si pembunuh, seperti dilansir Fox News. 

"Ini yang saya pikirkan saat itu, 'saya ada di sini. Walaupun saya terkena tembakan dan terluka atau terbunuh, saya adalah seorang jurnalis. Saya harus mengerjakan pekerjaan saya. Saya bisa kabur tanpa memotret....Tapi  saya tidak akan bisa memberi jawaban bagus jika orang-orang nanti bertanya: "kenapa kau tidak memotretnya?"

Meski redaksi media di seluruh negeri telah memangkas dana untuk bagian photografi, jurnalis foto punya peran penting dalam pemberitaan konflik, mulai dari Irak hingga Suriah.


Matthew McDermott, jurnalis foto yang telah berkarir selama lebih dari 20 tahun dan telah meliput serangan 11 September hingga gempa bumi di Haiti pada 2005, mengatakan jurnalis foto  punya satu kesamaan: mereka menyukai ketegangan.

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016