Sukabumi (ANTARA News) - Temuan benda-benda peninggalan zaman megalitik yang diperkirakan buatan Dinasti Sung, Tang dan Ming (Cina) di Situs Gunung Gede Cengkuk, Kampung Cengkuk, Desa Margalaksana, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, memerlukan penelitian budaya lebih komprehensif dengan penggalian lahan yang lebih luas. "Hingga saat ini, temuan benda-benda peninggalan zaman megalitik masih terus berlanjut, bahkan kami sudah menemukan benda-benda yang baru," kata Kepala Subdin Kebudayaan Kota Sukabumi, Nurhayati kepada ANTARA, di Sukabumi, Jum`at. Temuan benda baru itu merupakan hasil penggalian yang dilakukan pada Mei 2006, seperti chawan (tempat perhiasan wanita), chawan untuk persiapan pemujaan, Fragmen Cucuk Kendi, Arca, Genta (lonceng) Pendeta Vajra, piring dan pipa rokok (cerutu) dengan diameter 2,5 cm. "Diluar ekskavasi 2006, kami juga telah menemukan beberapa pecahan guci dan guci yang masih utuh dengan tinggi sekitar 50 cm. Penemuan itu dilakukan Subdin Kebudayaan Kabupaten Sukabumi dan Seksi Museum dan Benda Kepurbakalaan Kabupaten Sukabumi dua minggu yang lalu," katanya. Awal mula penemuan itu dilakukan pada zaman kolonial Belanda pada tahun 1883 oleh Arhemche Van Courant. Menurut dia, dengan ditemukannya chawan (tempat perhiasan wanita), maka diprediksi pada zaman Megalitik itu ada wanita dan pria dengan ditemukannya pipa rokok atau cerutu. Nurhayati memprediksi dengan banyaknya temuan benda-benda peninggalan zaman Megalitik dan peralatan yang diperkirakan buatan Dinasti Sung, Tang dan Ming (Cina), Situs Gunung Gede Cengkuk di Desa Margalaksana merupakan Kota Budaya karena banyak sekali situs-situs purbakala. "Kami juga memprediksi masih banyak benda-benda peninggalan zaman Megalitik," paparnya seraya menyebutkan, perlunya penggalian lanjutan untuk meneliti benda-benda bersejarah tersebut. Nurhayati mengemukakan, penggalian lanjutan harus terus dilakukan untuk bisa melakukan penelitian zaman bersejarah itu dan bisa mengungkap lebih jauh nilai-nilai budaya maupun asal usul benda-benda karena temuan ini sedikitnya akan membuka tabir sejarah Kerajaan Padjadjaran di Jawa Barat. Namun disayangkan, lanjut dia, penggalian lanjutan yang membutuhkan dana sekitar Rp100 juta itu tidak bisa dilakukan pada tahun ini karena tidak dianggarkan dalam APBD Kabupaten Sukabumi. "Kami ingin ekskavasi terus dilanjutkan pada tahun ini. Kami akan berusaha keras untuk mencari dana agar bisa melakukan ekskavasi lanjutan, meski harus meminta dana dari provinsi Jabar dan pusat," jelas Nurhayati yang biasa dipanggil Enung. Ia menambahkan, situs purbakala di Situs Gunung Gede Cengkuk itu merupakan terbesar di Indonesia, dengan luas lahan cukup besar dan Menhir fosilnya lebih besar dari Menhir fosil di Poso. Menhir fosil di Cengkuk tingginya 3,8 meter dan lebarnya 65 cm, sementara di Poso tinggi menhir fosilnya sekitar 3,2 meter.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007