Saat ini tidak ada lagi pemberitaan negatif tentang Selat Malaka dan berhasil kita tekan hingga titik nol."
Tanjungpinang (ANTARA News) - Komandan Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Lantamal) IV/Tanjungpinang Laksamana Pertama S. Irawan menyatakan perairan Selat Malaka dalam kondisi aman sebagai buah kerja keras tim Tanggap Cepat Armada Barat (Western Fleet Quick Response/WFQR).

"Tim WFQR Lantamal IV berhasil mengungkap kasus-kasus besar yang berskala internasional yang terjadi di Kepri, termasuk di perairan Selat Malaka," katanya di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Minggu.

Menurut dia, keberhasilan tim tersebut mengamankan perairan Selat Malaka dan wilayah lainnya mendapat sambutan positif masyarakat internasional.

Bahkan, ia mengemukakan, banyak wartawan asing yang rutin mewawancarainya terkait berbagai kasus berskala internasional yang berhasil diungkap di kawasan Selat Malaka.

Apalagi, menurut dia, belum lama ini kalangan pers gencar mencari informasi terkait pencurian kapal Tanker MT Ad Matsu berbendera Singapura pada tanggal 7 Agustusp 2016 saat berlayar di kawasan Pulau Aur, Johor, Malaysia.

Selain itu, dikemukakannya, pers juga gencar memberitakan kasus Tanker Vier Harmoni yang dilarikan anak buah kapak (ABK) bersangkutan terkait manajemen internal perusahaan mereka dari perairan Pelabuhan Kuantan, Malaysia membawa bahan bakar minyak (BBM) HSD mencapai 900 kilo liter (KL).

"Ini merupakan target utama buruan WFQR dengan mengerahkan unsur udara helikopter BO-105-NV-409 dan pesawat patroli maritim jenis CN 235-P861, dan baru-baru ini berhasil ditangkap oleh KRI Gilimanuk-531 diperairan Pulau Dato Kalimantan Barat. Kedua kasus tersebut berawal di wilayah perairan Malaysia," ujarnya.

Tim WFQR mempunyai mobilitas tinggi dalam menindaklanjuti setiap informasi. Tim tersebut sudah membuktikan kepada dunia internasional bahwa Selat Malaka dan perairan perbatasan aman bagi pengguna laut, katanya.

Ia menimpali, "Saat ini tidak ada lagi pemberitaan negatif tentang Selat Malaka dan berhasil kita tekan hingga titik nol."

Dalam tiga tahun terakhir tim WFQR dan satuan lainnya di Lantamal IV berhasil mengungkap penjualan solar ilegal, perompakan dan pencurian dengan kekerasan, penyeludupan, pencurian ikan, kejahatan asuransi, dan pencurian barang muatan kapal tenggelam.

Selain itu, diungkapkannya, Lantamal IV juga berhasil menangkap Kapal MV Viking buruan interpol, penangkapan warga asing yang membuat film dokumenter dilakukan di wilayah perairan Selat Malaka tanpa izin, narkoba, pelanggaran wilayah kapal asing, pencemaran laut dilakukan kapal-kapal yang membuang limbah, dan perdagangan manusia.

"Pelaku kejahatan yang ditangkap sebanyak 81 orang. Bahkan, dari deretan kasus-kasus tersebut sebagian besar sudah berkekuatan hukum tetap dan pelaku-pelakunya sudah menjalani hukuman sesuai dengan derajat kesalahan masing-masing yang diputus pengadilan," ujarnya.

Dia mengemukakan keberhasilan itu berkat instruksi pimpimpin TNI AL dan Pangarmabar sebagai pengguna kekuatan memaksimalkan operasi Gugus Tempur Laut Barat (Guspurlabar), Gugus Keamanan Laut Barat (Guskamlabar), Wing Udara-2, Lantamal IV dan jajaran Lanal dibawahnya.

Pengefektifan kekuatan kewilayahan seperti operasi intelijen yang meliputi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan juga memiliki peran yang besar dalam menumpas kejahatan di perairan wilayah Lantamal IV, ujarnya.

"Kami memaksimalkan Puskodal yang kita miliki di dalam memantau pergerakan unsur-unsur operasi Armabar, sehingga keterpaduan dan sistim komando pengendalian berjalan seiring sejalan dan pada akhirnya operasi yang kita laksanakan berjalan efektif dan efesien," tegasnya.

Irawan menjelaskan untuk menyiasati letak geografis Kepri membutuhkan kecepatan, keterpaduan dan koordinasi yang erat antara Lantamal IV, Bakamla, Bea Cukai, Polda Kepri, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pemda Kepri, Basarnas, HNSI dan komponen lainya.

"Koordinasi sudah berjalan baik, kedepan akan terus kita tingkatkan dengan harapan perairan Kepri kemanan tetap terjamin," katanya.

Indonesia, Singapura dan Malaysia saat ini bekerjasama bertukar informasi dengan perwira penghubung atau International Liaison Officers Information ((ILO/IFC) Angkatan Laut Singapura dan APMM Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia bila terjadi sesuatu.

"Informasi cepat kita terima dan ditindak lanjuti secara cepat," demikian Laksamana Pertama S. Irawan.

Oleh Nikolas Panama
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016