Borobudur, Jateng, (ANTARA News) - Puluhan ribu umat Buddha bersama para biksu dari berbagai dewan sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia prosesi Waisak dengan berjalan kaki sekitar tiga kilometer dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu siang.

Dalam prosesi yang meriah tersebut, setiap umat membawa bunga sedap malam, sedangkan sejumlah biksu senior menumpang kendaraan hias berbentuk kapal yang juga menjadi tempat membawa relik Sang Buddha.

Di sepanjang rute prosesi yang secara langsung dipimpin Ketua Umum DPP Walubi Siti Hartati Murdaya itu, para biksu memercikkan air berkah, sedangkan mereka lainnya menaburkan bunga mawar warna merah dan putih.

Berbagai sarana pujabakti Waisak di Candi Borobudur yang dibawa dalam prosesi sejak sekitar pukul 14.00 hingga 15.30 WIB itu, antara lain air berkah, api dharma, kitab suci Tripitaka, serta properti yang melambangkan roda dharma.

Serombongan umat juga terlihat membawa berbagai bendera, antara lain bendera kebangsaan Merah Putih, bendera majelis agama Buddha Walubi, sedangkan sejumlah kelompok kesenian tradisional juga ikut memeriahkan kegiatan dalam rangkaian Tri Suci Waisak 2016 tersebut.

Berbagai tandu berisi gunungan hasil bumi diusung beberapa orang dengan mengenakan pakaian adat Jawa, sedangkan rombongan lainnya, yakni para muda-mudi yang mengenakan pakaian adat dari seluruh daerah di Indonesia.

Para biksu yang prosesi jalan kaki diiringi para petugas khusus yang masing-masing membawa songsong atau payung dengan gagang berukuran cukup panjang.

Suasana langit di kawasan candi yang juga warisan budaya dunia itu, nampak cerah. Masyarakat sekitar dan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara menyaksikan prosesi Waisak di sepanjang jalan antara Candi Mendut hingga Pintu VII Taman Wisata Candi Borobudur.

Masyarakat juga menggelar berbagai dagangan, termasuk makanan dan minuman, di berbagai tempat di sepanjang jalur prosesi.

Aparat kepolisian dan TNI berjaga di berbagai tempat yang dilalui umat bersama para biksu, saat berlangsung prosesi tersebut.

Petugas juga mengalihkan arus lalu lintas umum ke jalur lain, agar prosesi Waisak lancar, sedangkan aktivitas kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur terlihat normal, atau tidak ditutup selama umat Buddha melakukan rangkaian perayaan Waisak.

Pada kesempatan sebelumnya, Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono mengatakan aktivitas wisata Borobudur tetap dibuka selama umat Buddha merayakan Waisak di candi tersebut, akan tetapi mereka harus tetap menjaga ketenangan dan menghormati para buddhis yang sedang berdoa dan melakukan ritual keagamaan.

"Bertepatan dengan umat Buddha merayakan Waisak juga menjadi kegiatan wisata rohani yang baik, dengan saling menghormati," katanya.

Ketua DPP Walubi Jateng David Hermanjaya menyambut kedatangan umat dan para biksu di pelataran Candi Borobudur.

Ketua Biksu Dhamaduta Thailand untuk Indonesia Bante Wongsin Labhiko Mahathera mengemukakan umat dan para biksu melakukan prosesi Waisak dengan membawa berbagai persembahan yang selanjutnya diletakkan di altar utama pujabakti di pelataran Candi Agung Borobudur.

"Berbagai persembahan itu menjadi tanda hormat kepada Sang Buddha. Bentuk puja dalam praktik hidup sehari-hari juga menyangkut perbuatan kebaikan dan semadi," katanya.

Tri Suci Waisak untuk merayakan tiga peristiwa penting dalam ajaran agama Buddha, yakni kelahiran Pangeran Sidharta Gautama Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, dan mangkat Sang Buddha Gautama.

Puncak Waisak 2016 yang bertepatan dengan saat bulan purnama akan jatuh pada Minggu (22/5) dini hari, di mana umat bersama para biksu melakukan pujabakti, meditasi, dan pradaksina di pelataran Candi Borobudur.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016