Borobudur, Jateng (ANTARA News) - Para biksu dan umat Buddha melakukan upacara Siripada berupa melarung lampion di Sungai Progo, di kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat malam.

Upacara dalam rangkaian perayaan Waisak 2016 itu dimulai setelah mereka menyemayamkan air berkah dan api dharma Waisak di Candi Mendut, sekitar 3 kilometer timur Candi Borobudur.

Para biksu dan umat Buddha dari berbagai majelis agama Buddha Perwakilan Umat Buddha Indonesia, berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari Candi Mendut menuju Sungai Progo di Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur untuk menjalani upacara itu.

Setiap umat dan biksu membawa lampion dari lilin yang diletakkan di papan kecil dengan hiasan anyaman janur ditaburi bunga mawar untuk dilarung di tempat tersebut.

Sekitar 1.000 lampion dilarung pada upacara yang juga disaksikan puluhan warga umum sekitar Candi Borobudur.

Pada kesempatan itu, mereka juga melepas sekitar 2.000 bibit ikan sebagai upaya untuk menjaga ekosistem sungai tersebut.

Berbagai tempat di sekitar sungai setempat juga tampak semarak oleh instalasi lampion yang dibuat dari pelepah pisang.

Kelompok musik gamelan uyon-uyon "Cahyo Kumoro Raras" Dusun Janan, Desa Borobudur yang terdiri atas lima personel mengiringi suasana upacara dengan tabuhan slentho, gender, kendang, dan siter, serta tembang-tembang Jawa. Mereka adalah Martono, Ambar, Yanto, Widi, dan Simon.

Pembina Sangha Theravada Dhamaduta Thailand untuk Indonesia Biksu Prakru Bhaidika Bodithera memimpin prosesi dan upacara yang terkesan semarak tersebut.

Upacara tersebut, ujarnya, wujud penghormatan terhadap telapak kaki Sang Buddha Gautama di salah satu kota.

Selain itu, katanya, simbol umat melepaskan niat dan harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang, setelah perayaan Tri Suci Waisak.

"Melepas niat dan harapan di tahun-tahun yang akan datang, kesehatan, rejeki yang cukup, panjang umur. Dengan ngelarung (melarung, red.) ini juga menjadi simbol harapan agar kehidupan umat dan semua makhluk di dunia terbebas dari segala bencana," ujarnya.

Puncak Waisak 2016 jatuh pada Minggu (22/5) sekitar pukul 04.00 WIB, antara lain ditandai dengan meditasi detik-detik Waisak di pelataran Candi Borobudur, pradaksina, dan pelepasan ribuan lampion di halaman bangunan warisan budaya dunia itu.

Pada Sabtu (21/5) umat Buddha melakukan kirab dari Candi Mendut menuju Candi Agung Borobudur dengan membawa berbagai sarana pujabakti, antara lain air berkah, api dharma, dan kitab Tripitaka.

Menurut rencana, acara seremonial perayaan Waisak 2016 di Candi Borobudur pada Sabtu (21/5) malam dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha, yakni kelahiran Sidharta Gautama, Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, dan wafat Buddha Gautama.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016