Kami melihat bangsa ini sangat memalukan dengan adanya kekerasan dan tindakan anarkisme."
Lebak (ANTARA News) - Tetua Adat Baduy, Saidja, mengemukakan bahwa masyarakat Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, hingga kini aman, kondusif, serta terbebas dari narkotika dan bahan obat berbahaya (narkoba).

"Masyarakat Baduy cinta damai tanpa kekerasan maupun kriminal," katanya, Sabtu.

Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, itu mengatakan bahwa  penduduk Baduy berjumlah 11.345 jiwa dari 3.465 kepala keluarga (KK) memiliki 65 kepala rukun tetangga (RT), sebanyak 13 kepala rukun warga (RW) dan 96 pimpinan lembaga adat yang kondusif menjaga budaya.

Ia mengemukakan, belum pernah terjadi peredaran narkoba maupun kekerasan seksual terhadap anak-anak di wilayahnya, bahkan warga Baduy tidak ada yang terlibat hukum, termasuk penganiayaan maupun pencurian.

Masyarakat Baduy sejak dulu mengutamakan budaya damai tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari, dan mencintai Tanah Air dengan menjalin kerja sama melibatkan aparat pemerintah daerah Banten.

Ia pun menyatakan, salah satu bentuk silatuhrami masyarakat Baduy dengan pemerintah adalah menggelar perayaan tradisi Seba, yakni menyerahkan berbagai hasil panen secara simbolis ke Kantor Gubernur Banten setiap tahun.

Perayaan tradisi seba itu dilaksanakan setelah menjalankan ritual Kawalu dengan puasa selama tiga bulan.

Selama ritual kawalu para pengunjung dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam yang berada di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik.

Pada perayaan tradisi Seba itu masyarakat menyerahkan hasil bumi, seperti beras huma, pisang, gula aren, petai dan ketan ke pimpinan Pemerintah Provinsi Banten.

"Penyerahan hasil bumi merupakan bentuk wujud syukur atas penghasilan bumi selama setahun," katanya.

Oleh karena itu, Saidja mengemukakan, pihaknya prihatin atas aksi kekerasan di sejumlah daerah di Tanah Air masih terjadi sehingga aparat kepolisian perlu menindaktegas pelaku.

Ia juga prihatin terhadap aksi kekerasan yang dipicu ketidakpuasaan terhadap penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, unjuk rasa mahasiswa, buruh, dan juga masalah sengketa tanah adat.

"Kami berharap pada Pilkada Banten 2017 tidak ada tindakan anarkisme yang bisa merugikan masyarakat," katanya.

Sebetulnya, menurut dia, tindakan kekerasan dilarang oleh semua agama karena merugikan masyarakat juga berdampak terhadap kegiatan umum, terutama ekonomi.

"Kami melihat bangsa ini sangat memalukan dengan adanya kekerasan dan tindakan anarkisme," demikian Saidja.

Pewarta: Mansyur
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016