Yangon, Myanmar, (ANTARA News) - Para pemberi suara Myanmar telah memberikan suaranya pada pemilihan umum yang bersejarah Minggu ini, yang akan mampu mengangkat partai pro-demokrasi milik Aung San Suu Kyi dan keluar dari pemerintahan militer.

Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) yang dipimpinnya percaya bahwa pemilihan yang adil akan mengantarkannya menuju kursi pemerintahan setelah usaha beberapa dekade melawan kediktatoran militer.

Tetapi peraih penghargaan Nobel tersebut tidak bisa menduduki kursi kepresidenan karena tidak memungkinkan menurut konstitusi yang dirancang oleh militer. Dalam pemilu kali ini seperempat kursi juga telah disiapkan untuk militer.

Di Ibu kota Naypydaw, Presiden Thein Sein yang merupakan Jenderal rezim Junta Militer telah memberikan suara, dan Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP) miliknya yang menguasai pemerintahan bisa menjadi penghalang utama terhadap kemenangan NDP.

Banyak pemilih yang khawatir akan reaksi militer jika kalah. Namun Presiden Thein Sein berkata bahwa "Seperti pemenang yang menerima hasilnya, pihak yang kalah juga sebaiknya menerima," ujarnya kepada media.



Tangan gemetaran

"Saya sangat bersemangat dan khawatir jika saya melakukan sebuah kesalahan sampai membuat tangan saya gemetaran," ujar Kay Khine, seorang pedagang ikan setelah dirinya memberikan suaranya. "Saya pikir jika saya melakukan kesalahan, suara saya akan tidak dihitung," tambahnya.

Aspirasi masyarakat untuk mewujudkan perubahan sedang ramai di Myanmar setelah pemerintahan junta militer yang kejam selama lima dekade diberikan kepada pemerintahan semi-rakyat pada 2011. Myanmar telah berupaya untuk melakukan reformasi seperti mempermudah perekonomian dan membebaskan berbagai tahanan.

Pejabat pemilihan umum sebelumnya bersikeras bahwa pemungutan suara berjalan lancar, namun NLD kemudian menyatakan tuduhan pembelian suara oleh USDP di sebuah desa Irrawaddy Delta.

Pemungutan suara akan ditutup pada pukul 4 (16.30 WIB) namun hasil penghitungan resmi paling cepat akan diterbitkan pada Senin pagi.



Dilarang dalam kepresidenan

Hari ini merupakan pemilihan umum pertama dimana NLD berpartisipasi di dalamnya sejak 1990, ketika partainya menang telak, namun tidak dihiraukan oleh militer yang menjadikan dirinya sebagai tahanan rumah selama 20 tahun.

Suu Kyi tidak diperbolehkan untuk menjadi presiden karena kebijakan yang dibuat oleh rezim militer yang menyatakan bahwa siapapun dengan anak yang berkebangsaan lain dilarang menjadi pejabat tinggi, dan kedua anak Suu kyi berkebangsaan Inggris.

Tetapi pada Kamis dirinya menyatakan bahwa kemenangan NLD akan membuat dirinya menjabat "di atas presiden", yang menjadi tantangan bagi militer yang mencoba menghambat karir politiknya selama 25 tahun.

Suu Kyi juga menghadapi kecaman internasional karena gagal untuk menyuarakan populasi Muslim yang sedang dalam konflik di negaranya, terutama Rohingya.

Ratusan ribu kaum Rohingya tidak memiliki hak suara, dan pemilihan tidak diadakan pada beberapa wilayah perbatasan dimana terjadi konflik antara militer dengan pasukan pemberontak.

Pendukung Suu Kyi melihat jika NLD keluar sebagai pemenang maka kejadian tersebut menjadi langkah besar dirinya untuk memimpin Myanmar.

(Uu.Ian/KR-MBR/E002)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015