Jakarta (ANTARA News) - Produser peraih Oscar David Puttnam kembali ke layar lebar setelah lama vakum dengan memproduseri film tentang Arctic 30, yakni sekelompok aktivis lingkungan Greenpeace yang pernah ditahan oleh tentara Rusia.

Produser film-film sukses dari tahun 1970-an dan 80-an, termasuk "Chariots of Fire" dan "Bugsy Malone", itu mengatakan bahwa meskipun ia telah memiliki karir yang panjang sebagai aktivis lingkungan serta memimpin komite yang mengawasi dan perubahan iklim 2005, ia menjadi semakin yakin bahwa cara terbaik baginya untuk memengaruhi pikiran orang adalah melalui bioskop.

"Dengan enggan, dan agak terlambat dalam hidup, saya harus datang untuk berdamai dengan kenyataan bahwa satu-satunya alat profesional yang saya miliki adalah dari produser," ujar Puttnam (74), berbicara di Cannes sebagaimana dilansir Variety, Senin.

"(Saya) Tidak benar-benar percaya pada kebetulan, saya menemukan diri saya menyerap aya yang diceritakan Ben Stewart tentang petualangan 'The Arctic Thirty' pada waktu yang sama saat didesak oleh teman dan rekan saya, Hani Farsi, menggunakan keterampilan lama saya untuk menggunakan kepedulian saya terhadap masalah lingkungan," jelas Puttnam.

Dalam proyek film tersebut, Puttnam bekerja sama dengan seorang filantropis dan produser film Saudi Hani Farsi.

Mereka akan menghasilkan film berdasarkan kisah "Don't Trust, Don't Fear, Don't Beg" oleh Ben Stewart, Kepala Media Greenpeace , bagaimana mereka mencapai ke perusahaan minyak terbesar Rusia yang melakukan pengeboran di Kutub Utara dan bulan berikutnya mereka habiskan di dalam penjara di Murmansk.

Puttnam berharap dapat membantu membawa cerita tersebut ke layar lebar.

Sementara itu, Farsi mengatakan bahwa ia telah berteman dengan Puttnam selama beberapa tahun dan telah bekerja sama dengan dia di sejumlah proyek lain melalui yayasannya.

"Ini merupakan ambisi lama saya untuk menemukan sebuah proyek film yang kita bisa bekerja bersama-sama dan membaca naskah buku Ben, saya langsung tahu bahwa ini lah yang tepat," kata Farsi.

"Rencana mereka adalah sederhana dan damai - untuk membawa kapal pemecah es Greenpeace ke sisi rig (alat pembor) yang terapung di lepas pantai untuk mencegah ekstraksi minyak dari perairan Arktik yang sangat dingin," tambah Farsi.

Pada bulan September tahun 2013, 30 laki-laki dan perempuan melakukan perjalanan ke Kutub Utara membawa kapal pemecah es Greenpeace ke rig terapung untuk mencegah ekstraksi minyak. Sebelum mereka bisa melakukannya, kapal mereka ditarik dari udara oleh pasukan Rusia dan ditarik ke Murmansk. Kelompok itu dibebaskan setelah dua bulan penjara.

Pewarta: Monalisa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015