Jakarta (ANTARA News) - Enam aktivis Greenpeace mencegat anjungan Shell yang sedang dibawa menuju Arktik di tengah samudra pasifik, 750 mil arah barat laut Hawaii dan berhasil memanjat anjungan seberat 38 ribu ton tersebut.

Menurut siaran pers yang diterima Antara News di Jakarta, Selasa, aksi tersebut dilakukan untuk menolak pengeboran yang akan dilakukan Shell di Laut Arktik.

Tim relawan dari berbagai negara saat ini tengah menyiapkan tenda di bawah geladak utama anjungan Polar Pioneer. Mereka memiliki persediaan makanan untuk beberapa hari ke depan, juga telah dilengkapi dengan teknologi yang memungkinkan untuk berkomunikasi langsung dengan para pendukung di seluruh dunia.

Akhir pekan lalu, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat telah setuju menyewakan pengeboran Laut Chukchi kepada Shell, artinya pengeboran akan dimulai dalam 100 hari di lautan Arktik Alaska.

Saat fajar baru menyingsing pagi tadi, enam aktivis dari Amerika Serikat, Jerman, Selandia Baru, Australia, Swedia dan Austria ini bergerak cepat dari kapal karet yang diluncurkan oleh Kapal Greenpeace Esperanza menuju Polar Pioneer yang akan digunakan Shell untuk mengebor minyak di Laut Chukchi.

Mereka membentangkan spanduk berisi 6,7 juta nama orang di seluruh dunia yang menentang pengeboran minyak di Arktik.

Aliyah Field, satu dari enam orang itu berkicau langsung dari Polar Pioneer melalui akun twitternya mencuit: "Kami berhasil! Kami saat ini berada di anjungan Shell. Dan kami tidak sendiri. Setiap orang bisa membantu mengubah anjungan ini (menjadi alat) untuk menunjukkan kekuatan rakyat! #TheCrossing."

Johno Smith dari Selandia Baru, yang juga bagian dari enam orang tersebut mengatakan: "Kami di sini untuk menyoroti bahwa kurang dari 100 hari, Shell akan mengebor minyak di Arktik. Lingkungan yang masih asli ini butuh perlindungan demi generasi masa depan dan semua kehidupan yang akan menyebutnya ini sebagai rumah."

Tindakan Shell mengeksploitasi es yang sedang mencair diduga justru akan meningkatkan bencana yang dibuat manusia. Perubahan iklim, menurut Johno, adalah nyata dan telah menimbulkan rasa sakit dan penderitaan pada saudara-saudara kita di Pasifik.


Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015