Biak (ANTARA News) - Warga Kampung Amoi, Kabupaten Biak Numfor, Papua, menyiapkan sekitar dua hektare lahan ekowisata tanaman gaharu sebagai program ekonomi kreatif masyarakat di wilayah itu.

Pegiat lingkungan warga Amoi, Distrik Warsa, Jhon Wompere, di Biak, Jumat mengatakan lahan ekowisata tanaman gaharu itu merupakan kegiatan lingkungan dan pariwisata untuk mendukung program kemaritiman di tanah Papua.

"Antusias warga menjadikan lahan ekowisata gaharu sangat nyata. Kedepan program ini akan mampu mendatangkan pendapatan untuk kesejahteraan masyarakat," ujar penerima Kalpataru 2014 asal Distrik Warsa ini.

Jhon menyebutkan, upaya pembibitan budi daya tanaman gaharu telah dirintis sejak 2003 sebagai wujud nyata masyarakat Kampung Amoi, Distrik Warsa, melestarikan tanaman khas Papua bernilai ekonomi tinggi.

Melalui program budi daya gaharu, menurut Jhon, diharapkan warga bisa memperoleh hasil dengan jumlah besar di waktu mendatang.

"Saya optimistis pembibitan gaharu di kampung Amoi dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan budaya," ujar Jhon Wompere.

Menyinggung permintaan bibit gaharu, menurut Jhon, hingga 2015 kian meningkat dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya, Lampung, Makassar serta pengusaha dari Jakarta.

Untuk harga jual bibit gaharu di pasaran, lanjut Jhon, sangat bervariasi namun harga yang paling murah dijual berkisar Rp500 ribu/kg.

"Untuk jenis kwalitas super harga jualnya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram, ya harga kian meningkat setiap waktu karena tanaman ini banyak diburu pembeli dari luar Papua," demikian Jhon Wompere.

Berdasarkan data pengembangan budi daya gaharu di Kampung Amoi mengalami peningkatan dari 10 hektare menjadi 20 hektare di tahun 2015 dengan jenis kamedangan, kacang-kacangan dan super.

(M039)

Pewarta: Muhsidin
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015