Kupang (ANTARA News) - Warga yang bermukim di 170 desa yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kesulitan mendapat air bersih.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT mencatat warga yang tinggal di desa-desa yang sumber airnya makin menyusut itu sebanyak 39.879 orang.

"Warga harus berjalan kaki untuk mengambil air di desa lain atau membeli air tangki dengan harga yang sangat mahal," kata Kepala BPBD NTT, Tini Thadeus, Minggu.

Saat ini, menurut dia, warga di desa-desa tersebut membeli air bersih dengan harga antara Rp200 ribu sampai Rp300 ribu setiap tangki ukuran per 5.000 liter.

Menurut dia, pemerintah NTT sudah meminta bantuan dana ke pemerintah pusat untuk pengadaan air bersih di seluruh wilayah provinsi, terutama daerah yang telah masuk zona kritis.

"Untuk pengadaan air dari daerah lain ke desa-desa yang dilanda krisis air, butuh sedikitnya Rp15 miliar. Dana sebesar itu sudah disampaikan ke pemerintah pusat," katanya.

"Kita menunggu saja, jika proposal tidak disetujui, ya terpaksa pemerintah kabupaten yang harus mengatasi sendiri krisis air di daerahnya," kata Thadeus.

Dana Rp15 miliar itu, menurut dia, dibutuhkan untuk membangun 10 sumur bor di desa-desa yang mengalami krisis air dan memasok air dari daerah terdekat kepada warga.

Ia juga mengatakan bahwa saat musim kemarau Oktober mendatang krisis air bisa meluas dan berpotensi mengganggu pasokan pangan di 16 dari 22 kabupaten/kota di NTT seperti Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, dan Malaka di daratan Pulau Timor bagian barat.

Kondisi itu juga bisa meluas ke Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah serta Sumba Barat Daya di Pulau Sumba, Ende, Sikka, Flores Timur di Pulau Flores, serta Lembata dan Kabupaten Alor.


Pewarta: Yohanes Adrianus
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014