Gunung Kidul (ANTARA News) - Kepolisian Resor Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menerjunkan sedikitnya 150 personel untuk mengamankan perayaan menyambut tahun baru 1 Muharam 1435 Hijriah atau mulai malam satu Suro, Senin (4/11) malam.

Kapolres Gunung Kidul AKBP Faried Zulkarnaen di Gunung Kidul, Senin, mengatakan pusat pengamanan yakni jalur menuju objek wisata dan tempat-tempat tertentu yang biasa dikunjungi masyarakat.

"Untuk cipta kondisi wilayah Gunung Kidul, kami melibatkan 18 kepolisian sektor (polsek) untuk pengamanan kegiatan perayaan 1 Muharam 1435 Hijriah atau Suro dan Selasa, 5 November. Jumlah personel yang dilibatkan 150 orang baik yang berseragam dan berpakain preman," kata Faried.

Ia mengatakan perayaan malam Suro ini sangat dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya di daerah yang dianggap keramat. Selain itu, kepolisian juga akan melakukan pemantauan kegiatan masyarakat seperti malam tirakatan di rumah-rumah penduduk.

"Kami mempersilakan masyarakat menyelenggarakan kegiatan menyambut malam satu Suro. Kami hanya mengimbau masyarakat tetap menjaga keamanan di lingkungan tempat tinggal," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan biasanya setiap malam satu Suro berbagai tempat ritual yang biasanya ramai dikunjungi masyarakat, baik masyarakat Gunung Kidul sendiri ataupun luar daerah.

Salah satu juru kunci Makam Ki Ageng Giring Sudimariyono mengatakan seluruh juru kunci sudah siap menyambut malam satu Suro.

Ia mengatakan Makam Ki Ageng Giring banyak dikunjungi oleh masyarakat baik lokal dan luar daerah. Jumlah pengunjung sangat banyak. Mereka berkumpul di sekitar makam Ki Ageng Giring untuk ngalap berkah, berdoa, atau bersemedi saja.

"Pukul 24.00 saat pergantian tahun Jawa, biasanya di tempat ini sudah penuh sesak. Mereka berdoa, berzikir "ngalap berkah" sesuai dengan harapan dan keinginan masing-masing," kata Sudimaryono.

Ia mengatakan, makna dari ritual ini sebagai sarana melakukan introspeksi supaya mensyukuri hidup dan memohon ampun pada Tuhan atas segala dosa dan kekhilafan yang telah dilakukan.

"Banyak cara untuk berdoa memohon dan mensyukuri nikmat pemberian dari Yang Maha Esa. Namun dari banyak cara tersebut, kita tetap harus berpegang teguh pada tuntunan agama dan kepercayaan masing-masing. Agar tidak tercipta kesalahpahaman sosial dan religi atas suatu ritual budaya yang bersifat sakral dan luas seperti ritual ziarah makam," kata dia.
(KR-STR/T007)

Pewarta: Sutarmi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013