Bandung (ANTARA News) - Tim dari Telkom University (Tel-U) Bandung menciptakan perangkat pendeteksi gelombang otak pengemudi kendaraan yang diberi label "Brainstat" untuk memastikan kondisi kesadarannya baik untuk berkendaraan.

"Alat ini merupakan sebuah penemuan yang meneguhkan kualitas pendidikan sekaligus menjadi pendorong bagi Tel-U untuk menjadi `world class university` pada 2017," kata Rektor Tel-U Prof Dr Mochamad Ashari di Bandung, Selasa.

Brainstat, detektor gelombang otak pengemudi diciptakan dosen dan mahasiswa Teknik Informatika Telkom University/Tel-U yang telah dirintis sejak tahun 2011 lalu.

Dosen tersebut bernama Dody Qori Utama, dengan mahasiswanya Anggunmeka Luhur Prasasti, Boni Yustin Prabowo, Umar Ali Ahmad, Gilang Kusuma Jati, dan Guntoro.

Atas kecemerlangan prestasi tersebut, Brainstats dinobatkan sebagai juara pertama kategori e-health dalam gelaran Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2013 di Jakarta, 1 September lalu.

Aplikasi ini memantau tingkat kondisi otak pengemudi, apakah ia berada dalam kondisi kesadaran yang baik, mengantuk, konsentrasi, atau bahkan kondisi stress, dengan melihat bagaimana gelombang otaknya/brainwave.

Brainwave inilah yang dibaca Brainstat (berbentuk mirip helm yang disertai alat perekam), yang nantinya akan memberikan informasi kondisi pengemudi, baik ke layar monitor/komputer tablet atau bahkan ke ponsel keluarganya.

Jika kondisi pengemudi lelah, maka akan muncul peringatan awal berupa bunyi suara di kendaraan. Apabila pengemudi membandel, peringatan muncul dalam bentuk video berisikan video rekaman dari keluarga di layar dashboard mobil.

Pada tingkat akhir, pengemudi yang tetap berkendaraan dalam kondisi kurang fokus akan dihubungkan langsung dengan ponsel keluarganya, sehingga akan muncul SMS ke keluarganya yang meminta untuk menelepon sang pengemudi.

"Jadi, keselamatan mengemudi akan terjaga, baik menggunakan mobil, motor, bahkan pesawat terbang," kata Dody Qori Utama, dosen yang juga pengembang Brainstat.

Dody Qori Utama menambahkan, di INAICTA 2013, Brainstat telah mengalami pengembangan optimasi kerja karena bisa diterapkan di moda pesawat terbang. Dengannya, kondisi otak pilot sebelum menerbangkan pesawat akan terpantau.

"Pengembangan lain dilakukan dengan menggunakan teknologi komputasi awan. Ini membuat informasi kondisi sopir bukan hanya bisa dilakukan ke keluarga, namun ke pihak lebih luas misalnya ke kepolisian," katanya.

Ia menyebutkan Tingkat akurasinya rata-rata 90 persen, apa yang disampaikan memang memperlihatkan kondisi sopir. Ini sudah diujicobakan kepada pengemudi yang mengemudikan kendaraan selama 1.000 jam sejak tahun 2011.

(S033/Z003)

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013