Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan menggunakan teknologi pesan singkat, radio dan televisi untuk penyampaian informasi secara cepat ke masyarakat tentang potensi tsunami pasca gempa. "BMG (Badan Meteorologi dan Fisika) saat ini, setiap ada gempa, maksimum empat menit sudah bisa mengetahui identitas gempa secara kualitatif, termasuk potensi (tsunami, red)," kata Kahumas Departemen Perhubungan, JA Barata usai bertemu dengan jajaran BMG dan Menkominfo di Jakarta, Kamis. Oleh karena itu, tegasnya, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi akan meneruskan hal tersebut ke masyarakat secepatnya melalui teknologi informasi seperti pesan singkat telepon seluler, radio dan televisi. "Jadi, pemerintah dengan kewenangannya di pengaturan frekuensi dan slot telekomunikasi akan memanfaatkan fasilitas ini ke masyarakat setiap saat diperlukan selama 24 jam selama seminggu," katanya. Bentuknya, lanjut Barata, ketika ada informasi gempa termasuk potensi ancaman tsunaminya, pemerintah akan meneruskannya melalui jalur teknologi informasi dan media massa, khususnya seluruh radio dan televisi. "Kongkretnya ada semacam informasi emergency atau stop press yang bisa menembus acara apa pun yang diselenggarakan oleh media tersebut sehingga info gempa BMG dan potensi tsunami segera bisa disampaikan ke masyarakat," katanya. Hal itu, tambah Barata, juga memungkinkan pengguna telepon seluler pada lokal tertentu dari seluruh operator mendapatkan info dari BMG tersebut. "Uji cobanya kalau tidak nanti malam (20/7), berarti besok (21/7). Menkominfo Sofyan Djalil sudah menegaskan hal itu," katanya. Barata menambahkan, upaya ini adalah maksimal yang bisa dilakukan pemerintah saat ini karena alat Tsunami Early Warning System (TEWS) belum terpasang di Indonesia. Dephub sendiri sebelumnya, baru menganggarkan Rp400 miliar untuk mempercepat pengadaan alat pendukung TEWS seperti seismograf dan akseleronograf yang baru terpasang sebesar 20 persen dari kondisi ideal yang diperlukan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006