Menurut Slamet, pakan hingga saat ini masih menjadi kendala dalam budidaya perikanan. Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam usaha budidaya ikan, hingga mencapai 70% hingga 80%. Untuk itu ketersediaan pakan yang berkualitas, terutama dengan pendirian pabrik pakan ikan di dekat lokasi budidaya menjadi sangat penting. Provinsi Jambi menjadi salah satu contoh daerah yang mampu memadukan industri perikanan budidaya dengan pabrik pakan ikan dalam satu wilayah. Jambi sebagai salah satu sentra patin di Indonesia, telah berinisiatif untuk mendukung program ini melalui jalinan kerjasama dengan PT. Sinta Prima Feedmill untuk menyediakan pakan ikan patin. Program tersebut dengan tujuan untuk lebih mendekatkan pasar dan produsen pakan, sehingga dapat mengurangi harga pakan yang selama ini menjadi kendala dalam budidaya patin. "Pendirian pabrik pakan ikan, seperti di Jambi ini akan mendukung program industrialisasi perikanan budidaya, khususnya komoditas patin," tegasnya.
Slamet menjelaskan, program Industrialisasi perikanan budidaya khususnya untuk komoditas patin terus menunjukkan hasil. Salah satu contohnya adalah budidaya Patin di Jambi. Bahkan, selain kerjasama dalam penyediaan pakan ikan patin dengan dengan PT. Sinta Prima Feedmill, provinsi Jambi juga menjalin kerjasama dalam hal penyediaan jagung sebagai bahan baku pakan. "Kerjasama dan sinergi yang berkelanjutan antara pemerintah, baik pusat dan daerah, swasta dan seluruh stake holder, akan menjadikan semua permasalahan menjadi mudah untuk diatasi. Kita semua harus bekerjasama untuk kemajuan perikanan budidaya, dengan tujuan akhir peningkatan kesejahteraan pembudidaya ikan," tandas Slamet.
Slamet menambahkan, selain benih berkualitas, penerapan teknologi terkini dalam produksi pakan ikan juga diperlukan. Salah satunya adalah Maggot sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Untuk itu, KKP terus mengembangkan penggunaan berbagai bahan baku, seperti maggot sebagai bahan baku pakan ikan. Hanya saja, untuk maggot terdapat persoalan yang harus diselesaikan yaitu mahalnya media pertumbuhan maggot. Kendala ini perlu dukungan pemerintah daerah melalui pembuatan kebijakan, terkait ketersediaan limbah produksi minyak kelapa sawit atau ampas minyak kelapa sawit. Dimana, pengusaha minyak kelapa sawit diharapkan tidak menjual limbah tersebut dengan harga tinggi sehingga dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya atau oleh pabrik pakan, untuk memproduksi maggot."Jika pola tersebut terbangun, hal ini dapat menjadi bukti keberpihakan perusahaan kepada masyarakat", tegasnya.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Anang Noegroho,Plt. Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi,Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811806244)
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013