Surabaya (ANTARA News) - Jalur Malang ke arah Surabaya ditutup untuk menghindari luapan lumpur panas eksplorasi gas PT Lapindo Brantas Inc, Senin, sehingga tol Gempol ke arah Simpang Apollo (Malang) macet total hingga lima kilometer. "Kemacetan serupa juga terjadi antara ruas tol Gempol menuju arah Porong (Japanan/Sidoarjo) hingga tujuh kilometer," kata warga Porong, Musa. Namun, katanya, dari Surabaya ke arah timur (Pasuruan) tampak lancar, namun arus lalu lintas dari arah timur (Pasuruan) dilanjutkan lewat simpang Apollo (Malang) untuk menuju ke Surabaya lewat Japanan/Porong. "Nah, jalur timur itu justru terjebak kemacetan setelah bertemu dengan kendaraan bermotor dari arah tol Gempol-Porong," ungkapnya. Penutupan jalur Malang-Surabaya itu, terkait semburan gas dan lumpur bercampur air di sekitar lokasi pengeboran gas Banjar Panji (BPJ) I milik PT Lapindo Brantas sejak 28 Mei lalu, yang meluber di Desa Renokenongo dengan kosentrasi luapan gas di sisi selatan jalan tol Gempol-Surabaya. Akibatnya, puluhan hektar sawah, lahan tebu, puluhan rumah dan puluhan pabrik yang berada di sisi selatan jalan tol itu tergenang luapan lumpur panas itu, kemudian ratusan warga terserang berbagai penyakit, khususnya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Hingga hari ke-15 (12/6), titik semburan lumpur yang berada di sekitar 30 meter lokasi eksplorasi gas PT Lapindo itu --sisi utara tol-- masih belum teratasi, meskipun PT Lapindo sudah mendatangkan tenaga ahli pengeboran gas dari Kanada dan Singapura, padahal semburan lumpur itu dalam sehari mencapai 5.000 meterkubik (M3). Sejak kejadian luapan lumpur, terutama ketika meluber ke jalan tol (10/6), PT Jasa Marga mengaku mengalami kerugian ratusan juta per hari, karena penghasilan tol Gempol-Surabaya dalam hari-hari normal bisa mencapai Rp380 juta per hari. Namun sejak bencana luapan lumpur itu justru turun drastis hanya Rp160 juta setiap hari. Saat ini, box culvert telah dibuat untuk mengalirkan luapan lumpur yang selama ini terkosentrasi di sisi selatan tol menjadi ke sisi utara tol yang memang masih berupa lahan/sawah kosong.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006